Angka Arab kuno yang didesain oleh Al-Khawarizmi. (Sumber gambar: alargam.com) |
Sekilas, tidak ada yang salah pada pertanyaan di atas. Saya juga memaklumi ketidaktahuan kawan saya itu tentang cara mengonversikan angka, karena program pengolah angka tersebut memang jarang sekali digunakan. Namun, disadari atau tidak, ternyata selama ini ada yang salah kaprah terkait pemahaman mengenai frasa "angka Arab". Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa yang mereka tulis atau lihat setiap hari adalah angka Arab. Ya, simbol-simbol dalam kurung berikut (1234567890) adalah angka Arab, bukan angka Latin, Eropa, apalagi Romawi. Lalu dari mana kita bisa tahu kalau itu adalah angka Arab?
Pertama-tama mari kita buka "kitab suci" para pakar linguistik tanah air: Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pada subentri angka Arab, terdapat penjelasan sebagai berikut: angka yang berasal dari ejaan Arab yang sekarang menjadi angka internasional (1, 2, 3, dst); angka biasa.
Kurang puas dengan keterangan dalam KBBI? Mari kita periksa aplikasi pengolah kata paling populer di dunia saat ini: Microsoft Office Word. Pada pengaturan nomor (klik File> Options> Advanced> Numerial), kita akan disuguhi empat pilihan: (1) Arabic; angka biasa, (2) Hindi; angka yang biasa dipakai dalam tulisan abjad Arab, (3) Context; sesuai konteks tulisan, dan (4) System; sesuai dengan sistem operasi komputer.
Masih penasaran juga? Mari kita berselancar di dunia maya dan bertanya kepada mesin pencari Google dengan kata kunci "Angka Arab". Urutan pertama ada Ensiklopedi Bebas Wikipedia. Di sana, sebenarnya sudah diulas lumayan panjang dan cukup untuk meyakinkan kita bahwa angka yang kita gunakan selama ini adalah angka Arab. Dan karena itulah, pada awalnya saya merasa tidak perlu untuk menulis artikel ini. Akan tetapi, karena ada hal unik—setidaknya menurut saya sendiri—yang tidak/belum diungkap oleh Wikipedia, baik yang versi Indonesia, Arab maupun Inggris, akhirnya saya tertarik untuk menuliskannya.
Hal unik yang saya maksud itu sebenarnya tidak perlu dijelaskan melalui tulisan, tetapi harus dilihat (perhatikan lagi gambar di atas dengan saksama). Untuk menentukan nilai (bilangan) suatu angka, Muhammad bin Musa al-Khawârizmi—perancang pertama kali angka Arab—berpedoman pada sudut-sudut. Angka satu mempunyai satu sudut, angka dua mempunyai dua sudut, dan begitu seterusnya hingga sembilan.
Sementara itu, bilangan nol dilambangkan dengan lingkaran yang berarti tak ada sudut alias kosong. Tetapi selain kosong, ia juga menunjukkan nilai sepuluh. Adapun angka-angka yang diletakkan di sampingnya adalah sebagai indikator kelipatan sepuluh (10 = 1 X 10, 20 = 2 X 10, 30 = 3 X 10 dan seterusnya). Saat ini, angka Arab adalah simbol representasi angka yang paling umum digunakan di dunia.
Kelemahan
Angka Romawi
Sebelum bangsa Eropa (Barat) mengenal dan bersedia menggunakan angka Arab, mereka telah memakai angka Romawi sebagai lambang bilangan dalam ilmu hitung (matematika). Hal itu wajar, karena peradaban hegemonik terbesar waktu itu hanya dua: Romawi dan Yunani. Sementara peradaban yang lain—termasuk di antaranya: Peradaban Arab—menurut pandangan mereka adalah peradaban barbarisme.
Kelemahan angka Romawi baru tampak ketika sistem desimal angka Hindu-Arab ditemukan di India sekitar tahun 500 Masehi. Kelemahan paling mendasar—selain notasi posisi—adalah tidak adanya bilangan nol dalam angka Romawi. Itulah sebabnya, pada akhirnya mereka mau menerima angka Arab hingga sekarang.
Sebelum bangsa Eropa (Barat) mengenal dan bersedia menggunakan angka Arab, mereka telah memakai angka Romawi sebagai lambang bilangan dalam ilmu hitung (matematika). Hal itu wajar, karena peradaban hegemonik terbesar waktu itu hanya dua: Romawi dan Yunani. Sementara peradaban yang lain—termasuk di antaranya: Peradaban Arab—menurut pandangan mereka adalah peradaban barbarisme.
Kelemahan angka Romawi baru tampak ketika sistem desimal angka Hindu-Arab ditemukan di India sekitar tahun 500 Masehi. Kelemahan paling mendasar—selain notasi posisi—adalah tidak adanya bilangan nol dalam angka Romawi. Itulah sebabnya, pada akhirnya mereka mau menerima angka Arab hingga sekarang.
Invasi
Angka Arab ke Dataran Eropa
Sedikit cerita mengenai penyebaran angka Arab ke benua Eropa. Pada tahun 999 Masehi, Paus Silvester II datang ke Andalusia (Spanyol Islam) untuk keperluan mempelajari peradaban bangsa Arab, termasuk di dalamnya sembilan (lambang) angka Arab. Dialah yang berjasa menyebarkan angka Arab (termasuk bilangan nol dan sistem desimal) ke Italia hingga akhirnya meluas dengan cepat ke seluruh Eropa. Selain Gerbert d'Aurillac—nama asli Paus Silvester II—ada lagi nama Thomasin Von Zeelare dan Leonardo Von Pisa yang turut berperan. Di samping itu, kedatangan para ilmuwan dan pelajar yang berbondong-bondong dari Eropa ke Andalusia untuk melakukan riset dan kajian ilmiah secara mendalam juga mempunyai andil yang cukup besar dalam penyebaran angka Arab dan ilmu-ilmu pengetahuan lain ke Eropa.
Ironisnya, di era digital yang serba canggih ini, kita (bangsa Arab secara khusus dan umat Islam secara umum) sebagai penemu angka Arab yang mewakili lambang bilangan di seluruh dunia justru tidak mengetahuinya. Bahkan orang Arab sendiri, ternyata tidak banyak yang tahu akan hal ini.
Selasa pagi kemarin, 4 Februari 2014, saya minum teh hangat di jongko depan kampus Universitas Al-Ahgaff sembari berbincang ringan dengan Abdurrahman az-Zhahiri, teman sekamar saya asal kota Yarim, Provinsi Ib, Yaman Utara. "Kenapa orang Arab tidak menggunakan angka mereka sendiri?" tanya saya waktu itu.
"Maksud kamu? Memang, kami [orang Arab] tidak menciptakan angka sendiri. Adapun lambang bilangan yang selama ini kami pakai sebenarnya berasal dari India," jawabnya.
Sedikit cerita mengenai penyebaran angka Arab ke benua Eropa. Pada tahun 999 Masehi, Paus Silvester II datang ke Andalusia (Spanyol Islam) untuk keperluan mempelajari peradaban bangsa Arab, termasuk di dalamnya sembilan (lambang) angka Arab. Dialah yang berjasa menyebarkan angka Arab (termasuk bilangan nol dan sistem desimal) ke Italia hingga akhirnya meluas dengan cepat ke seluruh Eropa. Selain Gerbert d'Aurillac—nama asli Paus Silvester II—ada lagi nama Thomasin Von Zeelare dan Leonardo Von Pisa yang turut berperan. Di samping itu, kedatangan para ilmuwan dan pelajar yang berbondong-bondong dari Eropa ke Andalusia untuk melakukan riset dan kajian ilmiah secara mendalam juga mempunyai andil yang cukup besar dalam penyebaran angka Arab dan ilmu-ilmu pengetahuan lain ke Eropa.
Ironisnya, di era digital yang serba canggih ini, kita (bangsa Arab secara khusus dan umat Islam secara umum) sebagai penemu angka Arab yang mewakili lambang bilangan di seluruh dunia justru tidak mengetahuinya. Bahkan orang Arab sendiri, ternyata tidak banyak yang tahu akan hal ini.
Selasa pagi kemarin, 4 Februari 2014, saya minum teh hangat di jongko depan kampus Universitas Al-Ahgaff sembari berbincang ringan dengan Abdurrahman az-Zhahiri, teman sekamar saya asal kota Yarim, Provinsi Ib, Yaman Utara. "Kenapa orang Arab tidak menggunakan angka mereka sendiri?" tanya saya waktu itu.
"Maksud kamu? Memang, kami [orang Arab] tidak menciptakan angka sendiri. Adapun lambang bilangan yang selama ini kami pakai sebenarnya berasal dari India," jawabnya.
Bener juga ya... kalau romawi memang rumit penulisannya, mungkin yang dimaksud si teman fontnya
BalasHapusBukan, Mbak Nunu. Yang ditanyakan memang cara mengubah "jenis" angka.
HapusJadi berasal dari lambang angka India ya mas ?
BalasHapusSalam kenal pada unjungan perdana.
Salam
Iya, sama-sama.
Hapusseriusan baru tau juga deh, kiraa angka arab itu yang cuma yang selama ini di pelajarin aja..
BalasHapusIya, Mbak Ranii Novariani. Angka-angka dalam kurung ini (٠١٢٣٤٥٦٧٨٩) bukan dari Arab, tetapi dari India.
Hapusgene yo ahli falak tenan,,,heuheu
BalasHapusWow, ini tulisan paling berguna selama saya blogwalking beberapa minggu ini.
BalasHapusTerimakasih banyak bro.
Tetap posting hal yang bermanfaat lainnya ya :)
Lho, Bang Jazuli katanya benci sama matematika?! hehe.. Jauh-jauh blog walking dari Aceh ya. Terima kasih atas kunjungan sampean.
HapusWoooowwwww baru tahu nih.
BalasHapusEmang angka NOL dari Al-Khawarizmi itu sumbangsih terbesar bagi segala bidang ilmu, terlebih yg berhubungan dengan perhitungan. Nggak kebayang aja kalau sampe sekarang masih pake angka romawi buat perhitungan, duh ribetnya. Makasih nih infonya :)
Yang sekarang ada nolnya saja masih ribet :) Sama-sama, Mbak Sofia Zhanzabila.
Hapusoooh, gitu,...wah kenapa pelajaran bahasa arab mengajarkan angka yang dari india itu, ya?
BalasHapusMungkin (artinya saya tidak dapat memastikan), karena mayoritas negara Arab memakai angka India, sementara hanya sedikit negara Arab (bagian barat seperti Maroko) yang menggunakan angka Arab asli. Lagi pula, angka Arab kan sudah dipelajari dalam bahasa Indonesia.
Hapussoalnya kalau pakai angka romawi ribet banget
BalasHapusSaya sendiri belum pernah belajar angka Romawi secara khusus, tapi sepertinya memang ribet sih. Hehe...
HapusHem, saya pernah baca komik anak tentang penjelasan angka, Mas. Seingat saya, dulu pernah dilombakan antara beberapa jenis angka dan yang tercepat penulisannya adalah angka arab ini.
BalasHapusSalam hangat dari Surabaya :)
Oh ya? Tapi tentunya angka arab yang sekarang, kan? Bukan yang dulu seperti gambar di atas? -_-
Hapussaya pernah lihat di word tapi seklias lihat saja belum pernah mencobanya untuk dikonversikan hehe
BalasHapusDIcoba saja, nanti biar tahu perubahannya seperti apa :)
Hapusternyata angka arab itu berasal dari angka India ya mas, berarti sama dgn huruf jawa donk berasal dari India :)
BalasHapushuruf thailand juga berasal dari india, huruf sansekerta juga berasal dari huruf india :) india ternyata memiliki peradaban lebih awal ya mas :D
Kalau itu saya malah baru tahu dari sampean, Mbak Indri. Akan tetapi, sewaktu dulu belajar aksara Jawa, saya sudah "curiga" kalau itu berasal dari bahasa India, soalnya bentuknya hampir mirip.
HapusMemang, peradaban India juga sangat tua, termasuk dalam baca-tulis (perguruan tinggi pertama di dunia adalah India). Sebagaimana keterangan dalam buku "Belajarlah (Tak Hanya) Sampai Negeri Cina" yang ditulis oleh Pak Dahlan Iskan.
Wah, ane baru tau klo angka2 yg digunakan slm ini adalah angka arab, dan yg ane pikir angka arab justru angka dr india.. :)
BalasHapusNice post...
Terima kasih. Semoga informasi ini bermanfaat.
HapusMenarik mengkaji sejarah angka-angka. Terutama angka nol, selalu bikin terpesona. Jadi kebanyakan salah paham ya... Lalu kenapa kok bahasa Arab malah memakai angka yg berasal dari India ya?
BalasHapusSebelum angka Arab (12345) diciptakan, bangsa Arab sudah lama memakai angka India (١٢٣٤٥) dan ketika sistem desimal ditemukan, tampaknya tak ada masalah dalam segi notasi posisi (cara penempatan angka Arab dan India sama persis, berbeda dengan angka Romawi). Kemungkinan mereka sudah terlanjur nyaman pakai itu.
Hapusilmu baru , ,
BalasHapusmantap gan , , ,
ditunggu kunjungan baliknya . . .
insya Allah, terima kasih.
HapusJadi? Angka2 itu dari arab apa india sih? Endingnya bingung.
BalasHapusDari India, Bu. Dua paragraf penutup itu menceritakan ketidaktahuan teman saya (orang Arab) bahwa angka yang umum dipakai di dunia saat ini berasal dari Arab. Pada paragraf sebelumnya saya tulis, "Bahkan orang Arab sendiri, ternyata tidak banyak yang tahu akan hal ini".
HapusWah baru tahu, makasih ya infonya :)
BalasHapusSama-sama, Mbak Evi.
Hapuswah sampai sekarang saya masih belum begitu paham mas soal angka dan huruf arab ini. Izin belajar ya di blog nya :)
BalasHapusIntinya angka kita pakai sehari-hari adalah angka Arab, sedangkan yang dipakai di negara-negara Arab berasal dari India. Saya juga izin mau belajar sama Mbak Eka :)
Hapuskalo pertanyaan kenapa orang arab jarang pake angka mereka sendiri , koq persis seperti di jawa ya? orang jawa juga jarang yang menggunakan huruf jawa :D
BalasHapusHahaha... benar juga Mas (atau Mbak?) Q-thrynx. Tetapi ada sedikit perbedaan. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah, sementara bahasa Arab adalah bahasa nasional bahkan internasional :)
HapusRindu akan kejayaan kaum Muslimin
BalasHapusSama, Mas Topik. Eh, tapi apa kita pernah (ikut) merasakan masa-masa itu? :)
HapusInfo baru buat saya makasih artikelnya menarik
BalasHapusinfo yang sangat menarik, tambah lagi pengetahuan saya
BalasHapus#kunjungan balik dari samaddadrana.com/
ada yang tau bahasa arabnya sembilan puluh lima koma tujuh?
BalasHapus