Pages - Menu

Jumat, 23 September 2011

Diklat Hisab Falak



Tarim – Malam tadi (22/9) sekitar 30 mahasiswa Indonesia dari berbagai daerah menerima sertifikasi atas keikut sertaan mereka dalam Dauroh Ilmu Falak yang diadakan oleh Departemen Pendidikan Asosiasi Mahasiswa Indonesia  di Universitas Al-Ahgaff. Acara ini terselenggara atas kerjasama dengan LHF (Lembaga Hisab Falak), sebuah organisasi nirlaba yang berdiri di bawah naungan Pondok Pesantren Fadllul Wahid Bandungsari Grobogan Jawa Tengah.
Bertempat di Auditorium Utama Fakultas Syari'ah Universitas Al-Ahgaff Tarim, acara dibuka oleh M. Yandi Sali selaku MC pada pukul 20.00 waktu setempat. Kemudian dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh M. Shobirin Hasbullah, lalu sambutan-sambutan dan diakhiri dengan do'a.
Turut hadir dalam penutupan ini, Ketua Umum AMI Al-Ahgaff yang baru terpilih, Ahmad Arif Salman. Dalam sambutannya ia menyatakan sangat mendukung adanya acara seperti ini. "Kami sangat mengapresiasi adanya kegiatan semacam ini, disamping dapat menambah wawasan pengetahuan kita, juga dapat menjalin hubungan antar mahasiswa di tingkat yang berbeda yang selama ini terlihat renggang" kata pria lulusan MUS Sarang ini.
Muhammad Fu'ad Mas'ud, selaku Wakil Koordinator Departemen Pendidikan juga mengucapkan banyak terima kasih terkhusus kepada saudara Muhammad Lutfi Hakim yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pelatihan ini. "Sebenarnya kami sungkan karena tidak ikut bantu-bantu. Padahal kegiatan ini sebenarnya tugas dari kami. Dulu kami ingin ikut andil dalam kegiatan ini, entah itu sekadar mencarikakan tikar atau menyediakan papan tulis. Tapi beliau melerai dan berkata, 'tidak usah repot-repot, biar teman-teman peserta saja yang menyediakan itu semua.' Jadi, anak-anak Departemen Pendidikan tidak bergerak sama sekali" kata pemuda asal Majalengka ini dalam sambutannya.
"Kami berharap dengan diadakannya acara seperti ini dapat menyatukan perbedaan pendapat di tanah air mengenai penetapan awal bulan Puasa atau Idul Fitri. Di Indonesia, perguruan tinggi yang memberikan beasiswa kepada pelajar jurusan Falak -setahu saya- adalah IAIN Walisongo di Semarang Jawa Tengah. Jika ada dari teman-teman yang berminat untuk mendalami ilmu ini bisa melanjutkannya di sana." Lanjutnya.
Sambutan yang terakhir atau lebih tepatnya pengarahan disampaikan langsung oleh pembimbing Diklat Hisab Falak, Saudara Muhammad Lutfi Hakim. Ada tiga pesan penting yang disampaikan oleh pria asal Purwodadi, Jawa Tengah ini.
Pertama, jika ingin mempraktikkan pengukuran arah kiblat, jangan dilakukan masjid-masjid yang sudah jadi. Artinya, pengukuran arah kiblat jangan dijadikan sarana untuk mengoreksi masjid yang sudah ada. Hal itu bisa memicu konflik di tengah masyarakat apabila masjid yang mereka tempati selama ini ternyata arahnya kurang pas. Berbeda jika masjid tersebut akan direnovasi ulang atau ingin membangun masjid baru.
Kedua, tujuan asal dari belajar ilmu Falak adalah untuk menunjang aktifitas ibadah manusia. Jadi kurang tepat jika hasil dari belajar selama ini dijadikan untuk mengukur seberapa besar tingkat akurasinya. Misalnya ketika terjadi gerhana bulan. Melalui ilmu Hisab, kita bisa mengetahui mulai jam berapa gerhana itu terjadi dan kapan berakhirnya. Namun sayangnya, mereka yang belajar ilmu Hisab -kebanyakan dari komunitas anak kuliah- memanfaatkan fenomena alam ini sebagai ajang untuk membuktikan seberapa akurat hasil garapan mereka, bukan untuk melakukan shalat kusuf sebagaimana anjuran dari agama. Atau mereka melakukan shalat hanya sekadarnya dan sebatas formalitas saja, sedangkan waktu yang tersisa digunakan untuk kajian ilmiah / observasi lapangan.
Ketiga, mengenai penentuan awal bulan Ramadlan dan Idul Fitri. Sejak tumbangnya masa Orde Baru, rakyat Indonesia selalu dipusingkan dengan masalah yang tidak kunjung selesai ini. Hal itu terjadi karena banyaknya ormas Islam di negara kita yang masing-masing dari mereka mempunyai metode hisab sendiri untuk menentukan awal bulan. "Apapun hasil garapan kita, sebaiknya kita ikut saja pada pemerintah. Orang yang tidak pernah belajar ilmu Falak, atau belajarnya baru setengah-setengah seperti kita ini, biasanya mudah menyalahkan orang lain yang hasil hisabnya tidak sesuai." Kata pria yang sekarang poluler dengan panggilan cikgu ini. "Hal itu sebagai wujud rasa taat kita kepada ulil amri dan demi terjalinnya kerukunan di antara umat Islam."
Seusai arahan singkat dari sang pembimbing, dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh bapak Thoriqul Khoir selaku sesepuh dan koordinator acara ini. Sebelum meninggalkan auditorium, para peserta melakukan foto bersama beberapa kali baru kemudian menuju dapur untuk makan bersama.

Sumber foto :  Ahmad Halimi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!