Bertempat di Auditorium Utama Fakultas
Syari'ah Universitas Al-Ahgaff Tarim, acara dibuka oleh M. Yandi Sali selaku MC
pada pukul 20.00 waktu setempat. Kemudian dilanjutkan pembacaan ayat suci
Al-Qur'an oleh M. Shobirin Hasbullah, lalu sambutan-sambutan dan diakhiri
dengan do'a.
Turut hadir dalam penutupan ini,
Ketua Umum AMI Al-Ahgaff yang baru terpilih, Ahmad Arif Salman. Dalam
sambutannya ia menyatakan sangat mendukung adanya acara seperti ini. "Kami
sangat mengapresiasi adanya kegiatan semacam ini, disamping dapat menambah
wawasan pengetahuan kita, juga dapat menjalin hubungan antar mahasiswa di
tingkat yang berbeda yang selama ini terlihat renggang" kata pria lulusan MUS
Sarang ini.
Muhammad Fu'ad Mas'ud, selaku
Wakil Koordinator Departemen Pendidikan juga mengucapkan banyak terima kasih
terkhusus kepada saudara Muhammad Lutfi Hakim yang bersedia meluangkan waktunya
untuk memberikan pelatihan ini. "Sebenarnya kami sungkan karena tidak ikut
bantu-bantu. Padahal kegiatan ini sebenarnya tugas dari kami. Dulu kami ingin
ikut andil dalam kegiatan ini, entah itu sekadar mencarikakan tikar atau
menyediakan papan tulis. Tapi beliau melerai dan berkata, 'tidak usah
repot-repot, biar teman-teman peserta saja yang menyediakan itu semua.' Jadi,
anak-anak Departemen Pendidikan tidak bergerak sama sekali" kata pemuda
asal Majalengka ini dalam sambutannya.
"Kami berharap dengan
diadakannya acara seperti ini dapat menyatukan perbedaan pendapat di tanah air mengenai
penetapan awal bulan Puasa atau Idul Fitri. Di Indonesia, perguruan tinggi yang
memberikan beasiswa kepada pelajar jurusan Falak -setahu saya- adalah IAIN
Walisongo di Semarang Jawa Tengah. Jika ada dari teman-teman yang berminat
untuk mendalami ilmu ini bisa melanjutkannya di sana." Lanjutnya.
Sambutan yang terakhir atau lebih
tepatnya pengarahan disampaikan langsung oleh pembimbing Diklat Hisab Falak,
Saudara Muhammad Lutfi Hakim. Ada tiga pesan penting yang disampaikan oleh pria
asal Purwodadi, Jawa Tengah ini.
Pertama, jika ingin mempraktikkan
pengukuran arah kiblat, jangan dilakukan masjid-masjid yang sudah jadi.
Artinya, pengukuran arah kiblat jangan dijadikan sarana untuk mengoreksi masjid
yang sudah ada. Hal itu bisa memicu konflik di tengah masyarakat apabila masjid
yang mereka tempati selama ini ternyata arahnya kurang pas. Berbeda jika masjid
tersebut akan direnovasi ulang atau ingin membangun masjid baru.
Kedua, tujuan asal dari belajar
ilmu Falak adalah untuk menunjang aktifitas ibadah manusia. Jadi kurang tepat
jika hasil dari belajar selama ini dijadikan untuk mengukur seberapa besar
tingkat akurasinya. Misalnya ketika terjadi gerhana bulan. Melalui ilmu Hisab,
kita bisa mengetahui mulai jam berapa gerhana itu terjadi dan kapan
berakhirnya. Namun sayangnya, mereka yang belajar ilmu Hisab -kebanyakan dari
komunitas anak kuliah- memanfaatkan fenomena alam ini sebagai ajang untuk
membuktikan seberapa akurat hasil garapan mereka, bukan untuk melakukan shalat
kusuf sebagaimana anjuran dari agama. Atau mereka melakukan shalat hanya
sekadarnya dan sebatas formalitas saja, sedangkan waktu yang tersisa digunakan
untuk kajian ilmiah / observasi lapangan.
Ketiga, mengenai penentuan awal
bulan Ramadlan dan Idul Fitri. Sejak tumbangnya masa Orde Baru, rakyat
Indonesia selalu dipusingkan dengan masalah yang tidak kunjung selesai ini. Hal
itu terjadi karena banyaknya ormas Islam di negara kita yang masing-masing dari
mereka mempunyai metode hisab sendiri untuk menentukan awal bulan. "Apapun
hasil garapan kita, sebaiknya kita ikut saja pada pemerintah. Orang yang tidak
pernah belajar ilmu Falak, atau belajarnya baru setengah-setengah seperti kita
ini, biasanya mudah menyalahkan orang lain yang hasil hisabnya tidak sesuai."
Kata pria yang sekarang poluler dengan panggilan cikgu ini. "Hal itu sebagai wujud rasa taat kita kepada
ulil amri dan demi terjalinnya kerukunan di antara umat Islam."
Seusai arahan singkat dari sang
pembimbing, dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh bapak Thoriqul
Khoir selaku sesepuh dan koordinator acara ini. Sebelum meninggalkan
auditorium, para peserta melakukan foto bersama beberapa kali baru kemudian
menuju dapur untuk makan bersama.
Sumber foto
: Ahmad Halimi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!