Sumber gambar: high-schools |
Sudah semestinya kita sebagai pemakai bahasa Indonesia dituntut untuk menerapkan kaidah kebahasaan dengan cermat. Namun, dalam praktik sehari-hari, tidak jarang dijumpai penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar kita terhadap kaidah yang seharusnya ditaati. Salah satunya adalah ketidakcermatan dalam penggunaan diksi.
Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja saya membaca status seorang teman di beranda Facebook yang berisi tautan berita: Muhammadiyah dan NU Ingin PKB Pimpin Koalisi Partai Islam. Terlepas dari apa pun isinya, sebenarnya saya tidak terlalu menyukai berita politik—yang penuh dengan intrik—dan oleh karena itu saya tidak ikut berkomentar di sana. Akan tetapi, dari sekian banyak komentar yang muncul, ada satu yang membuat saya sedikit mengernyitkan dahi dan ingin menanggapinya di sini—tentunya bukan dari kacamata politik, melainkan dari aspek bahasa. Komentar itu berbunyi, "Gimana Partai Islam mau koalisi, PPP lagi carut-marut lho…"
Perhatikan kata "carut-marut" di atas. Apakah penggunaan kata itu sudah tepat makna dan sesuai dengan konteks?
Mari kita periksa Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (terakhir) terbitan Pusat Bahasa. Di dalam kamus setebal 1634 halaman itu terdapat entri "carut" yang merupakan homonim dengan dua makna (1) keji, kotor, cabul (tentang perkataan) dan (2) luka bekas goresan. Sementara carut-marut adalah kata ulang berubah bunyi dari kata dasar carut yang mempunyai arti (1) bermacam-macam perkataan yang keji dan (2) segala coreng moreng (bekas goresan); goresan yang tidak keruan arahnya: muka korban penuh dengan -- dan berdarah.
Jadi, setelah diketahui maknanya, apa yang keji/kotor/cabul dari Partai Persatuan Pembangunan? Atau goresan luka apa yang berkaitan dengan partai berlambang kakbah itu? Mungkin salah seorang kadernya ada yang melakukan tindakan memalukan di depan umum sehingga mencoreng nama baik partai Islam tersebut. Tetapi rasanya kemungkinan ini terlalu jauh. Lagi pula, kata "carut-marut" oleh KBBI dikelompokkan ke dalam jenis kata benda, sehingga tidak bisa dipakai sebagai keterangan (baca lagi: PPP lagi carut-marut).
Lalu kata apa yang lebih pas untuk menggantikannya? Sebenarnya kita hanya perlu mengubah huruf depannya saja, yaitu huruf /c/ diganti dengan huruf /k/ (menjadi karut). KBBI memberi definisi begini untuk lema itu: kusut; kacau tidak keruan. Sedangkan kata ulangnya (karut-marut) memiliki dua arti, dan arti pertamalah yang paling tepat untuk digunakan pada komentar di atas. Arti pertama kata ulang tersebut adalah kusut (kacau) tidak keruan; rusuh dan bingung (tentang hati, pikiran dsb); banyak bohong dan dustanya (tentang perkataan dsb). Di samping itu, karut-marut adalah jenis kata sifat, berbeda dengan carut-marut yang—seperti tadi saya katakan—merupakan kata benda.
Yang jadi pertanyaan sekarang, apatah melafalkan "carut-marut" itu lebih ringan ketimbang "karut-marut"? Enggak juga, kan?
hahaha... ternyata saya salah juga...
BalasHapusyaa saya tahunya carut marut, bukan karut marut
mampir kesini akhirnya aliran saya tentang carut dan karut akhirnya dibenarkan...
ohya, komentar saya jangan dikritik juga lah yaa
Ya, enggaklah. Hehehe
Hapusaku biasanya pakai istilah carut marut juga,,wah salah ya ternyata ya,,,
BalasHapusberkunjung kesini jadi belajar bahasa Indonesia ya :)
BalasHapuswah enak yah cara menuturkanya mas, jadi tambah wawasan soal tata bahasa nih... tapi ngomong2 aku jadi mikir, jangan2 Mas Bad ini juga memperhatikan pemakaian bahasaku, malulah kentara berantakannya... *tutup muka pake kamus* ^_^
BalasHapusHe-he-he... Ditunggu saja postingan berikutnya.
Hapus*kamusnya dicari yang punya! ^_^
Ane baru denger kata ini, ternyata artinya lumayan ngeri juga ya.
BalasHapusMantab blognya gan, bisa digunakan untuk belajar bahasa indonesia.
Iya, Mas. Yang pakai huruf /c/ memang artinya agak jorok. Blog ini juga sebagai sarana saya belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar, tanpa bermaksud menggurui apalagi menyalahkan siapa pun.
HapusMungkin karena C sama K itu hampir mirip jadi dikiranya itu sama ajah hehe..
BalasHapusHmm... Masa, iya?!
HapusSetahuku memang carut marut hehehe
BalasHapusBaru tahu, karut-marut. Tahunya carut-marut aja, dan ternyata salah persepsi toh... Rajin banget buka kamusnya, salut...
BalasHapusCuma iseng-iseng saja, Mbak Euisry.
Hapuskalau marut itu artinya menggesek-gesekkan kelapa di parut ya mas, hehehe :D
BalasHapusHe-he-he...
Hapuskunjungan perdana, salam perkenalan, silahkan berkunjung balik ketempat saya, barangkali berminat saya punya banyak vcd pembelajaran untuk anak2, siapa tau anda mempunyai adik,keponakan atau mungkin anak yang masih kecil, vcd ini sangat membantu sekali dalam mengasah kecerdasan dan kemampuan otak anak, serta bagus untuk membangun karakter dan moral anak sejak usia dini, semoga bermanfaat dan mohon maaf bila tdk berkenan, trm kasih ^_^
BalasHapusberkunjung dihari jumat yang cerah, salam persahabatan
BalasHapusMemang yang diucapkan itu karut marut nulisnya carut marut, atau memang gak tau.
BalasHapusKarena bahasa itu banyak berhubungan dengan rasa, dan carut-marut dirasa lebih enak dilafalkan daripada karut-marut :)
BalasHapusTerima kasih share-nya, berguna banget :)
Berarti yang bener karut marut ya mas? Kirain saya mah carut marut yang bener hehehe...
BalasHapusBeruntung saya berkunjung kesini jadi tahu sekarang, oya ijin follow blognya ya :)
Itu tergantung konteksnya, Mas. Terima kasih, dengan senang hati.
HapusSaya termasuk orang yang salah, tahunya carut-marut..
BalasHapuskalau berbicara bahasa indonesia memang agak susah mas yang sesuai dengan EYD, jadi ya kita belajar bersama-sama saja ;)
BalasHapusGimana tuh caranya, agar blog lebih banyak komentar ?
BalasHapusobat kista sehat