Pages - Menu

Selasa, 16 Juni 2009

Sejarah Pondok Pesantren Bandungsari

Sumber foto: Panoramio

Alkisah pondok pesantren Bandungsari telah ada sejak zaman Wali Songo. Dikisahkan, di desa Bandungsari kecamatan Ngaringan kabupaten Grobogan, pernah berdiri pondok pesantren yang didirikan oleh waliyulloh SYEKH AHMAD ALI murid dari SUNAN GIRI. Namun keberadaan pondok dan makamnya terjadi khilaf.
Kiai BASYARIDDIN bin Kiai RADEN JUMALI waliyulloh asal Tuyuhan Pamotan Rembang adalah Kiai pertama yang mendirikan Pondok pesantren di kulon kali (barat sungai), setelah beliau wafat diteruskan menantunya yaitu Kiai HASAN PURO putra Kiai IMAM TABRI dari Jatisari Wirosari. Menantu Kiai BASYARIDDIN yang lain yaitu Kiai IBRAHIM mendirikan Pondok pesantren di masjid selatan. Sepeninggal beliau diteruskan Kiai MUKTI kemudian diteruskan Kiai SAIROZI. Menantu beliau yang lain yaitu kiai ARIF mendirikan pondok pesantren di madrasah utara. Sepeninggal beliau diterusakan Kiai DAHLAN dan Kiai MUHADI. Sepulang dari pondok pesantren Langitan Jawa Timur putra-putra KIAI HASAN PURO yaitu Kiai ASMU’IN dan HAMZAH beserta sahabatnya KH. MA’RUF mengamalkan ilmunya di Bandungsari. HAMZAH menjadi Kepala Desa Bandungsari namanya diganti HADI REJO. Kiai ASMU’IN mendirikan Pondok pesantren di dekat pondok Kiai DAHLAN dan Kiai MUHADI. KH. MA’RUF dinikahkan dengan keponakan Kiai ASMU’IN yaitu putri mbah PAWIRO menantu HASAN PURO.
Tahun 1905 KH. MA’RUF mendirikan pondok di komplek kauman sebelah barat. Tahun 1917 kiai SIDIK menantu mbah PAWIRO mendirikan Pondok pesantren di kauman timur. Beliau adalah putra Kiai UMAR ABDULLOH dari Jati Sari. Sepulang berguru di Pondok pesantrennya KH. HASYIM ASY’ARI dari Tebuireng, Kiai MASYHURI putra KH. MA’RUF membantu ayahandanya membimbing para santri.
Pada tahun 30-an terjadi krisis di Pondok pesantren utara. Kiai MUHADI hijrah ke Demak, Kiai DAHLAN pindah ke Trowolu, Kiai ASMU'IN wafat. Setelah Kiai ASMU'IN wafat istrinya dijadikan istri kedua Kiai MA’RUF. Pondok utara dan semua santrinya digabungkan di pondok pesantrennya Kiai MA’RUF. Pada tahun 1944 M. ketika Kiai SIDIK wafat. Pondok timur dipersatukan dengan pondok barat oleh Kiai MASYHURI diberi nama AL MA'RUF. Seiring dengan makin banyaknya santri maka sistem mengajarnya pun diubah dengan cara formal yaitu dengan mendirikan madrasah yang diberi nama RIYADLOTUS SUBBAN dengan guru-guru pengajarnya;

§  Shof I : Ustadz Kastolani Ibnu KH. Ma’ruf
§  Shof II : Ustadz Sholeh Ibnu KH. Ma’ruf
§  Shof III : Ustadz Nawawi menantu Kiai Siddiq alumni dari Tebuireng.
§  Klas I : Ustadz Syamsuddin ibnu Kiai Siddiq
§  Klas II : Kiai Muslih Ali dari Kudus santri Kiai Ma’ruf.

Sedangkan struktur pengurus Madrasah;
§  Mudir ‘Am : Kiai Masyhuri
§  Pelaksana : Kiai Abdul Karim
§  Ketua : Bpk. Kardi dari Bandungsari
§  Sekretaris : Bpk. Kasturi dari Sendangsuro
§  Perlengkapan : Bpk. Salamun dari Bandungsari
§  : Bpk. Ridwan dari Bandungsari
Tahun 1963 M Kiai MASYHURI wafat. Kepemimpinan Pondok pesantren dipegang oleh KH. ABDUL KARIM dan Kiai MUSLIH. Tahun 1981 M. Kiai MUSLIH wafat. Posisi beliau digantikan Kiai BASYARIDDIN putra Kiai SIDIK.
Tahun 1988 M. KH. ABDUL KARIM Wafat. Posisi beliau digantikan KH. ABDUL WAHID ZUHDI dan KH. AHMAD KHOLIL KARIM, dibawah kepemimpinan KH. ABDUL KARIM dan Kiai MUSLIH di Bandungsari hanya satu pondok pesantren yaitu PP. Al Ma’ruf. Tapi sepeninggal Kiai MUSLIH mulailah bermunculan pesantren-pesantren baru. Semoga bermunculnya pesantren-pesantren baru membawa hikmah dan berkah untuk kemaslahatan Islam dan orang-orang Islam.
Kemudian KH. ABDUL WAHID ZUHDI melebarkan sayap ke Ngangkruk (sebelah utara PP. Al Ma'ruf) untuk mengembangkan program-program beliau yang sekarang sangat tersohor, diantaranya program 40 hari, 100 hari, menghafal Alfiyyah plus murod dalam satu tahun.

Kemajuan yang Dicapai
Di Bidang Fisik
Dibangun PON-PES AL-KUTTAB khusus santri kecil dan Ibtida’ dilahan seluas … ha, plus kamar mandi dan WC. Dibangun asrama untuk penampungan orang hilang ingatan (gila) terlantar (tak memiliki keluarga) bernama yayasan "MA'ATHYH" dengan kapasitas 40 orang plus kantor penjaga. Dibangun pula komplek PON-PES PUTRI tiga lantai dengan 30 kamar tidur dan ruang pendidikan. Dibangun pula madrasah "ASHSHOCHU" berdiri Nopember 2007.

Di Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, beliau memunculkan terobosan program-program baru yang belum dimiliki oleh pondok pesantren lain seperti :
Diterapkannya metode memahami kitab secara cepat dan cerdas, mempelajari dan menghafal kitab selama 40 hari bagi tingkatan dasar. Kemudian disusul program 100 hari. Target program ini, santri dituntut untuk dapat memaknai (makna gandul, jawa) serta memahami maksud dari kitab Aby Syuja'.
Membaca kitab kotongan/tanpa makna (pagi belajar, sore setoran, malam musyawaroh) bagi pelajaran wajib.
Difokuskannya pelajaran Hadis, Falak, Faroidl, Arudh di bulan liburan (bulan Robi'ul Awwal dan Romadhon) bagi santri dalam maupun luar pondok pesantren. Bahkan dalam ilmu Falak, mengalami kemajuan yang luar biasa terbukti dikirimkannya guru-guru falak dari pesantren lain, dari Jawa Tengah dan Jawa Tinur juga Madura untuk belajar falak tiap bulan Ramadhan.
Dijadikannya kitab-kitab karangan beliau sebagai mata pelajaran wajib di lebih dari 10 pesantren Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti, Nahwu Mandhumah, Risalah Nisa’, Faidu Dzil Jalal dan Falak.
Kerja sama dengan lebih dari 20 Pondok Pesantren baik besar maupun kecil dari Jawa Timur dan Jawa Tengah seperti Sarang, Lirboyo untuk Bahtsul Masa’il Kubro Fiqhiyyah Waqi'iyyah dengan metode yang lain dari pondok pesantren pada umumnya yakni dengan metode pembuatan makalah.
Diterimanya lulusan PP. Fadllul Wahid untuk belajar di Mesir dan Yaman. Bahkan sekarang sudah begitu banyak santri beliau yang belajar di Mesir atau Yaman yang mendapatkan titel Lc.

Di Bidang Kemasyarakatan
Beliau adalah pembimbing rohani bagi jama’ah Thoriqoh As-Syadziliyyah yang jumlah pengikutnya kurang lebih mencapai 7000 (tujuh ribu) orang di tiga Kabupaten yaitu Blora, Grobogan, dan Demak. Seluruh kegiatan pengajian di biayai oleh beliau tanpa memungut dari santri Thoriqoh sejak beliau membentuk thoriqoh syadziliyyah.
Setiap bulan Robi’ul Awwal selalu mengadakan khitanan massal sejak tahun 1997, tiap tahun tidak kurang dari 100 anak yang dikhitan. Menampung dan merawat orang-orang hilang ingatan (gila) yang terlantar (tidak memiliki keluarga) yang di ambil dari jalan-jalan di dua Kabupaten yaitu Blora dan Grobogan.

Di Bidang Teknologi
Telah diajarkan pemahaman komputer untuk siswa MTs (Tsanawi) ke atas, yang bertujuan untuk merealisasikan program komputerisasi untuk mentahrij hadis-hadis.
Melihat sikap beliau yang sangat peduli terhadap Maslahatul Islam Wal Muslimin dan keberhasilan yang telah di capai oleh Pon-Pes Fadhlul Wahid selama dalam bimbingan beliau, sudah seharusnya kita sebagai kaum muslimin pada khususnya serta bangsa Indonesia pada umumnya bangga terhadap keberhasilan beliau.

Disadur dari : Arsip PP. Fadllul Wahid