Pages - Menu

Selasa, 31 Desember 2013

Kompilasi Status Facebook



Logo Facebook Standar
Sumber gambar: facebook.com

Di setiap pengujung tahun, biasanya ada beberapa stasiun televisi nasional yang menyajikan rangkuman peristiwa yang terjadi sepanjang tahun. Kaleidoskop yang ditayangkan pun beraneka ragam, mulai dari kasus kriminal yang abnormal, berita politik yang penuh intrik, gosip selebritis yang berakhir tragis, kabar duka yang masih meninggalkan luka dan lain sebagainya. Tayangan semacam itu, selain mengingatkan kita pada masa lalu, juga bisa dijadikan bahan renungan untuk berbenah diri di tahun baru yang akan datang.
Dan di akhir tahun 2013 ini, saya juga ingin merangkum kembali hal-hal yang telah saya alami selama dua belas bulan terakhir dalam bentuk postingan. Hal-hal tersebut telah saya tulis secara semimaraton di Status Facebook yang, belakangan ini mulai jarang saya buka lagi.
Silakan yang ingin sekadar melihat atau berkomentar. Tabik.

* * *
[26/12] Jadi tua itu pasti. Jadi muda itu pilihan. Tanya kenapa?

[17/12] Di usiaku yang (baru) mendekati 25 tahun, banyak sekali teman-teman yang (sudah) memanggil dengan sebutan #Mbah.

[15/12] Sepertinya sudah sebulan lebih aku belum ziarah lagi ke #bank. Kok bisa hampir lupa ya? wah..wah..

[11/12] mentang-mentang kalau makan nasi digenggam, saat ngambil jatah kurma pun juga segenggam.

[6/12] ternyata banyak membaca itu selain bikin pengetahuan bertambah, juga bikin jam tidur harus ditambah.

[28/11] (Lain kali) kalau ada yang mau pinjam flash disk ngomong dulu, biar gak bikin senewen

[25/11] Saya juga penggemar sepak bola, tapi tidak gila seperti mereka. (tautan)

[23/11] Kalau sudah tingkat akhir begini tidak bisa pinjam buku pelajaran kepada kakak kelas. Akibatanya, semua harus beli atau fotokopi sendiri.

Jumat, 20 Desember 2013

Hadapi Jawa Timur, PPJJ Menang Tipis 0-1



PPJJ Yaman (Paguyuban Pelajar Jawa Tengah dan Jogjakarta di Yaman)
Tarim – Nilai tiga angka penuh kembali dipetik anak-anak PPJJ (Paguyuban Pelajar Jawa Tengah dan Jogjakarta di Yaman) dalam lanjutan kompetisi AMI Champions League Jumat pagi tadi, 20 Desember 2013. Lawan yang diladeni kali ini adalah Jawa Timur FC, tim tetangga yang pada putaran final AMI Football Cup dua bulan lalu belum sempat berduel.
Sebelum pertandingan dimulai, sebenarnya PPJJ merasa kurang percaya diri. Hal itu disebabkan adanya beberapa pemain yang masih kelelahan setelah sorenya mengikuti pertandingan antarkelas di kampus Fakultas Syariah Universitas Al-Ahgaff. Sebut saja Ahmad Musyaffa', Paidi, Fatih Labib dan Mu'affa yang tidak bisa bermain penuh selama 50 menit. Selain faktor kelelahan, PPJJ juga tak bisa menurunkan gelandang serang andalannya, Abdul Qahar alias Suryono. Pemain yang menjadi top skor sementara ini tidak mendapat izin untuk keluar dari asrama terkait kondisi keamanan di kota Tarim yang masih mencekam. Meskipun begitu, PPJJ dapat menutupi "kekurangan" itu dengan merotasi para pemainnya dan berhasil memenangi pertandingan dengan skor tipis 0-1.
Gol semata wayang PPJJ diciptakan oleh sang kiper, Abid, melalui tendangan voli jarak jauh dari depan gawangnya sendiri. Bola sempat mengenai kepala pemain belakang Jawa Timur sebelum akhirnya berbelok arah dan mengecoh Muhammad Ahmad Sahal. Selain golnya yang membawa kemenangan PPJJ ini, Abid juga berkali-kali melakukan penyelamatan gemilang yang membuat gawang PPJJ hingga kini masih perawan. Tubuhnya yang tambun membuatnya nyaman untuk berjibaku dan menjatuhkan diri di atas lapangan yang keras dan berbatu itu.
Dengan hasil ini, PPJJ berhasil menggeser dan menggusur posisi Sumatera FC yang dalam seminggu terakhir ini nangkring di puncak klasemen sementara. Sumatera harus puas berada di posisi kedua dengan perolehan 4 nilai, selisih 2 nilai dari PPJJ. Sementara Jawa Timur terperosok di urutan ke-4 dengan koleksi nilai 1 dari dua kali pertandingan. Posisi tersebut masih bisa menurun lagi apabila pada pertandingan Jumat mendatang Sultan (Sulawesi dan Kalimantan) berhasil mengalahkan Astabar (Asosiasi Mahasiswa Jawa Barat dan Jakarta) atau bermain seri dengan selisih dua gol ke atas. Mampukah PPJJ mempertahankan posisinya sampai kompetisi berakhir dan menjadi juara pada musim ini? Masih terlalu dini untuk menjawabnya.

Selasa, 17 Desember 2013

Ilusi Masjidil Halal di Antipode Kota Mekkah



Kajian Fikih Hisab Falak - Hukum Menghadap Kiblat di Antipode Kakbah
Foto diambil dari sini.
Pernahkan Anda membayangkan berada di suatu tempat yang mempunyai arah kiblat ke semua arah? Artinya, ke arah manapun kita melaksanakan salat, sah-sah saja dan itulah arah kiblat untuk tempat itu. Tidak! Saya tidak sedang mengajak Anda untuk membayangkan berada di dalam kakbah. Memang benar, jika berada di bangunan persegi empat itu, kita boleh salat menghadap ke mana saja, karena sejatinya semua dinding yang kita tatap adalah kakbah–kiblat itu sendiri.

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa bumi yang kita huni ini sebenarnya berbentuk bulat, bukan bidang datar seperti anggapan sebagian orang. Sudah banyak bukti-bukti ilmiah yang mendukung teori tersebut. Di antaranya: (1) Kapal yang berlayar jauh meninggalkan pelabuhan, yang akan lesap (tak terlihat) lebih dulu adalah bagian bawah badannya, baru kemudian tiang-tiang di atasnya–padahal ukuran badan kapal itu lebih besar, kan? (2) Pada saat matahari terbit, tempat yang tinggi–seperti puncak gunung dan bukit–mendapat sinar matahari terlebih dahulu. (3) Orang yang melakukan perjalanan mengelilingi dunia ke arah timur, akan kembali ke tempatnya semula dari arah barat.  Demikian yang dikatakan kakek guru saya, Syekh Zubaer Umar Jaelani dalam kitabnya yang sangat fenomenal itu, Al-Khulâshah al-Wafiyyah.

Dengan demikian, suatu titik (tempat) di muka bumi ini, mempunyai belahan di tempat lain yang letaknya berlawan/berhadapan. Misalnya saja, kutub utara (lintang 90 derajat) mempunyai tempat yang berlawanan yaitu kutub selatan (lintang -90 derajat). Dua tempat yang terletak di belahan bumi yang berlawanan atau belahan bumi yang letaknya berlawanan dengan tempat kita itulah yang disebut dengan antipode.

Dalam kajian ilmu hisab falak, menghadap lurus ke arah kiblat itu selalu diasumsikan melalui jalur terdekat dari suatu tempat ke baitullah (kakbah). Sebagai contoh, arah kiblat untuk kota Jakarta adalah azimut 295  derajat atau arah barat serong ke utara, dan itulah jarak terdekat menuju kota Mekkah. Karena bumi itu bulat, maka, arah lurus kebalikannya (azimut 115 derajat atau timur serong ke selatan), juga bisa ditempuh untuk mencapai kota Mekkah–tentunya dengan jarak yang lebih jauh.

Sementara untuk menuju ke titik antipode (dari Mekkah misalnya), tidak bisa diasumsikan ke arah mana jalur terdekat untuk menuju ke sana, begitu juga sebaliknya. Artinya, jika Anda sedang berdiri di sana (antipode Mekkah), maka–disadari atau tidak–dapat dipastikan Anda sedang 'menghadap' ke arah kiblat. Lalu di mana lokasi antipode kota Mekkah itu?

Kamis, 12 Desember 2013

Kemenangan nan (Tak) Membanggakan



Sepak bola gajah, sebuah frasa yang menggambarkan
ketidaksportifan dalam olahraga. | Sumber foto dari sini

Baru saja saya menyaksikan final bola voli antarkelas di kampus Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Ahgaff Yaman yang paling buruk sepanjang sejarah. Semenjak digelarnya kompetisi ini beberapa tahun yang lalu, inilah pertandingan yang sangat menggelikan dan sama sekali tidak menghibur. Pertandingan kali ini mempertemukan kelas tiga dan kelas lima. Di atas kertas, kelas lima lebih diunggulkan.


Pada set pertama dan kedua, pertandingan masih berjalan normal dan menarik. Kedua tim saling melakukan serangan dan sesekali smes-smes tajam. Walaupun dominasi kelas lima tampak lebih kentara karena adanya beberapa orang Arab yang mempunyai postur tubuh lebih tinggi. Set pertama dimenangi oleh kelas lima dengan mudah, begitu juga dengan set kedua. Meskipun begitu, kelas tiga juga (masih) tampak memperlihatkan perlawanannya.

Kegaduhan mulai terlihat di babak ketiga. Dimulai ketika salah seorang suporter kelas lima yang selalu memasuki arena lapangan ketika bola mati. Para suporter kelas lima, yang sedari awal sudah yakin timnya bakal menang, tampaknya ingin membuat sensasi dan mencari "hiburan baru". Saya tidak tahu pasti siapa yang memulai dan apakah hal semacam ini telah direncanakan sebelumnya. Mereka saling mendorong dan memaksa para suporter (bukan pemain cadangan) turun ke lapangan melakukan pergantian pemain. Beberapa kali saya juga didorong untuk ikut masuk, namun selalu saya tolak karena memang tak ada keinginan untuk bermain.

Ritme permainan yang sebelumnya tampak rapi berubah menjadi karut-marut. Alih-alih segera menyelesaikan pertandingan, kelas lima justru mengulur waktu dan "menikmati" permainannya sendiri. Di lain pihak, kelas tiga bermain dengan performa terbaiknya dan penuh sportifitas. Mereka sama sekali tidak mengubah komposisi para pemain. Walhasil, babak ketiga dimenangi dengan mudah oleh kelas tiga.

Memasuki babak keempat, pemandangan tak terduga terlihat. Tak satu pun pemain kelas tiga yang memasuki lapangan ketika wasit telah meniup peluit pertanda pertandingan akan segera dimulai. Mereka justru menurunkan seluruh suporternya yang rata-rata bertubuh mungil itu.

Tentu saja para 'pemain inti' kelas lima terkejut melihat pemandangan di depannya. Mereka tak mengira, lawakannya pada babak ketiga akan berlanjut ke babak keempat, dan mereka sendiri yang akan menjadi aktor di dalamnya. Anda dapat beranga-angan sendiri bagaimana jalannya pertandingan pada babak keempat, tragis. Saya jadi teringat ungkapan dalam bahasa Jawa, "menang ora kondang, kalah ngisin-ngisini" yang berarti "menang tidak hebat, kalah memalukan". Dan saya rasa, kemenangan mereka itu juga memalukan.