Ilustrasi gambar oleh Remy Fernando. |
Cerita di bawah ini pertama
kali saya dengar dari KH Rohani—pemimpin Pondok Pesantren PELITA, Purwodadi,
Jawa Tengah—saat menyampaikan ceramah dalam acara halalbihalal Keluarga Besar
Mbah Rono Dipuro Sajam di Desa Pulokulon, Kabupaten Grobogan, kira-kira sewindu
yang lalu.
Dan saya baru tahu, ternyata cerita yang disampaikan dai lulusan Yaman itu ada di bab akhir kitab Is'âdur Rafîq karya Syekh Muhammad bin Sâlim bin Sa'îd Babashail, seorang ulama besar asal Hadhramaut, Yaman. Kitab fikih-tasawuf ini tergolong langka dan jarang dimiliki oleh teman-teman mahasiswa Al-Ahgaff, karena di samping tidak masuk dalam silabus universitas, kandungan isinya juga terkesan "angker".
Saya sekadar ingin
mengisahkannya kembali di blog ini agar dapat dibaca oleh siapa saja. Barangkali,
ada di antara para pembaca yang dapat mengambil hikmah dari cerita berikut.