Pages - Menu

Minggu, 25 Januari 2015

Tulisan tentang Saya di Grup Facebook



Logo Facebook diambil dari sini.

Tanpa disadari, ternyata banyak orang yang memperhatikan aktivitas kita di dunia maya. Pun sebaliknya, tingkah laku kita sehari-hari di alam nyata ternyata ada juga yang mengamati dan bahkan dijadikannya bahan obrolan di dunia tanwujud: internet.

Adalah Mahmudin Hasibuan, teman saya dari Sumatera Utara yang sangat agresif di dunia maya, tapi sebenarnya lemah gemulai jika di dunia nyata. Beberapa waktu yang lalu ia membuat tulisan panjang tentang diri saya di grup Facebook milik teman-teman satu angkatan di Universitas Al-Ahgaff. Sebelumnya, melalui pesan pendek (SMS), ia meminta izin akan menjadikan saya sebagai trending topic di grup tersebut.

Mungkin bagi Anda tulisan itu terkesan provokatif, tapi tidak demikian bagi semua penghuni grup itu. Dan semampang tidak ada catatan “sebatas hiburan” di bagian bawah, Anda pasti puyeng menyimpulkan maksud dari tulisan itu—antara menyanjung, menyindir, mengkritik, menghina ... ah, bukankah saling “menghina” dan “dihina” sesama teman itu sudah biasa?

Baiklah, sepertinya Anda penasaran seperti apa tulisan orang Batak itu. Saya akan mengutipnya di sini secara verbatim tanpa perbaikan ejaan sedikit pun. Silakan ganti pronomina dia dengan saya.

Jumat, 02 Januari 2015

Karena Blog Ini Mulai Dikenal



Sumber gambar: teknoup.com

Sebenarnya saya ingin memakai kata terkenal, sebagai pengganti kata dikenal, pada judul kalimat di atas. Tetapi karena yang pertama memberi kesan “tinggi” dan, sebagai orang Indonesia, saya dituntut untuk mewakili sikap rendah hati dalam berbahasa, maka niat itu saya urungkan. Jika tidak, mungkin Anda langsung mengecap saya “angkuh” hanya karena membaca judul tersebut. Betul, kan? Ayo, mengaku saja!

Beberapa orang di dunia nyata yang telah membaca tulisan-tulisan enggak penting di blog ini mulai memberikan respons. Komentar mereka tidak ditulis di kolom komentar sebagaimana yang lazim dilakukan para blogger, melainkan disampaikan langsung kepada saya. Tanggapan mereka pun beragam. Ada yang mendukung dan menganjurkan untuk terus menulis—apa pun topik bahasannya. Ada juga yang malah minta secara khusus dibuatkan semacam biografi, puisi, cerita terkait dirinya, dan lain sebagainya.

Selain itu, ada juga komentar yang agak serius (biasanya datang dari golongan santri/kaum intelektual). “Menulislah sesuatu yang lebih ilmiah supaya bisa dimanfaatkan banyak orang,” kata mereka menyarankan.

Sebagai narablog amatir, saya tidak pernah menyangka jika tulisan di blog ini akan mendapat reaksi dari pembaca seperti itu. Meskipun demikian, dalam hati kecil saya juga berharap apa yang saya publikasikan selama ini bisa memberi manfaat kepada para pembaca. Saya juga menyadari bahwa menulis hal-hal yang tidak penting akan membuang-buang banyak waktu. Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah hanya tulisan berkategori ilmiah saja—khususnya tentang hukum agama—yang bisa memberi manfaat kepada orang lain?