Pages - Menu

Minggu, 26 Mei 2013

Yaumu Rashdil Qiblat



 Tanggal 28 Mei dan 16 Juli setiap tahunnya merupakan momentum spesial bagi para penggemar ilmu Hisab Falak. Karena pada dua hari tersebut, ada peristiwa alam yang sangat menarik untuk dikaji. Mereka menyebutnya dengan istilah Yaumu Rashdil Qiblat atau Hari Meluruskan Arah Kiblat.

Bahkan saking istimewanya, sekitar lima tahun yang lalu, ro'is am PP. Fadllul Wahid Ngangkruk Bandungsari Grobogan, bapak Muhammad Shohi, memerintahkan para santri untuk berkumpul di aula pondok. Dalam perkumpulan selama setengah jam itu, beliau menjelaskan secara singkat proses terjadinya peristiwa alam ini dan kenapa para santri dikumpulkan. "Dulu, waktu romo KH Abdul Wahid Zuhdi masih hidup, beliau mempunyai rencana untuk mengumpulkan semua santri pada hari ini di tempat ini. Namun sebelum rencana itu terealisasi, beliau sudah dipanggil oleh Sang Maha Pencipta. Jadi, apa yang saya instruksikan ini semata-mata untuk meneruskan titah beliau." Katanya memulai pembicaraan. "Dan jangan berharap kumpulan kali ini ada konsumsi makannya seperti yang kalian bayangkan." 

Yaumu Rashdil Qiblat adalah suatu hari dimana pada saat tertentu (jam 12 istiwa' kota Mekkah) posisi matahari persis (atau mendekati persis) di atas ka'bah. Hal itu terjadi karena harga deklinasi matahari sama dengan lintang kota Mekkah yaitu 21° 25' LU.

Rotasi bumi pada porosnya tidak lurus dengan garis edar bumi (orbit), tapi ada kemiringan sebesar 66.5 derajat dari bidang ekliptika yang menyebabkan posisi matahari tidak selalu sejajar dengan garis khatulistiwa. Akan tetapi selalu bergeser ke Utara atau Selatan. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A'dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut. Dengan demikian, pada waktu itu setiap benda tegak di muka bumi ini bayangannya akan menghadap tepat ke arah kiblat.

Keterangan mengenai Yaumu Rashdil Qiblat biasanya terdapat pada Kalender Menara Kudus yang dikeluarkan oleh ahli hisab internasional, Tajus Syarof (julukan KH Turaichan). Walupun jam Rashdul Qiblat untuk tiap harinya pada dasarnya bisa dihitung dengan mengetahui terlebih dahulu deklinasi matahari dan azimut kiblat di mana daerah yang kita cari. Sebagaimana yang tercantum pada Kalender PP Fadllul Wahid Bandungsari.

Untuk tahun 2013 ini, Yaumu Rashdil Qiblat (istiwa a'dhom kota Mekkah) terjadi pada pukul 12.18 KSA untuk hari yang pertama dan pukul 12.27 KSA untuk hari kedua. Jika jam tersebut dikonversikan ke Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB) maka menjadi pukul 16.18 dan 16.27 karena perbedaan zona waktu 4 jam.

Secara teoretis, Yaumu Rashdil Qiblah sebenarnya ada empat kali selama setahun. Dua hari selain yang disebutkan di atas adalah tanggal 13 Januari dan 28 Nopember. Yaitu ketika matahari transit di titik zenit antipode kota Mekkah, sebuah kawasan terpencil di tengah-tengah samudra pasifik atau secara geografis berada pada koordinat 131° 01' BB dan -21° 25' LS. Tidak ada yang tahu secara pasti apakah di sana hanya lautan atau gugusan pulau. Namun, berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh rekan saya di Facebook melalui Google Earth, ternyata di sekitar sana terdapan sebuah pulau kecil. Sekadar mengandai-andai, kita bisa membangun sebuah masjid di sana dan diberi nama "Masjidil Halal", karena masjid fantasi tersebut tidak membutuhkan mihrab dan kemana pun kita menghadap, itulah arah kiblat.

Adapun cara untuk mempraktikkan pengukuran arah kiblat melalui Yaumu Rashdil Qiblat sangat sederhana. Gantungkan seutas tali di atas tanah yang datar, kemudian garislah bayangan tali itu tepat pada jam-jam yang disebutkan di atas dan Anda sudah berhasil mengukur arah kiblat.

Sayangnya, untuk negara-negara di sekitar Arab Saudi, termasuk Yaman, peristiwa alam ini sulit untuk dinikmati. Pasalnya, bayangan yang nampak pada jam-jam tersebut sangat pendek sehingga sulit untuk diberi garis. Sementara untuk daerah yang mengalami malam pada waktu itu (termasuk wilayah Indonesia Timur), praktis, peristiwa ini juga tidak bisa dinikmati. Namun jangan khawatir, karena daerah-daerah tersebut sebenarnya juga mendapat 'jatah' Yaumu Rashdil Qiblat, yaitu pada dua hari yang saya sebutkan terakhir.

Ada satu pelajaran berharga yang saya dapatkan ketika mengikuti perkumpulan di aula waktu itu. Bahwa dalam aktifitas belajar, ada sebuah metode yang disebut dengan istilah 'metode kondisional'. Di mana kita mempelajari suatu pokok permasalahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung saat ini. Semisal pada hari Jumat, kita fokus mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan hari Jum'at. Begitu juga saat bulan Ramadlan, kita fokus mempelajari segala hal yang berkaitan dengan puasa dan amalan sunah lainnya. Yang demikian itu jauh lebih efektif dan membuat kita mudah untuk mengingatnya dari pada belajar secara amburadul dan sporadis. Apakah Anda juga merasakan hal yang sama dengan saya?

Jumat, 24 Mei 2013

Memaksa Anak Menikah



Kali ini, pertanyaan datang dari seorang teman lama yang sekarang tinggal di daerah pedalaman pulau Sumatera. Pertanyaan disampaikan melalui pesan Facebook dua hari lalu. Apakah boleh memaksa anak perempuan untuk menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya? Atau dengan ungkapan yang berbeda, menjodohkan anak secara paksa boleh apa tidak? Jawaban ini baru sempat saya publikasikan karena selama dua hari terakhir saya disibukkan dengan urusan lain.
Bagi mereka (termasuk teman saya tadi) yang pernah berkecimpung di bidang ilmu Fikih, pasti tahu bahwa permasalahan ini sebenarnya sudah sering disinggung, yaitu pada bab wilayatun nikah.
Secara bahasa, wilayah artinya: menjalankan sesuatu atau memeliharanya. Sementara menurut istilah ulama' fikih adalah: Sulthah syar'iyyah tu'thî shâhibahâ haqqa insyâ'il uqûd wat tasharrufâti tasharrufan nâfidzan min ghairi tawaqqufin alâ ijâzati ahadin (Otoritas penuh dari syari'at yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan transaksi / akad secara sah tanpa tergantung pada persetujuan pihak lain). Secara umum, kalimat ini bersifat netral, dan baru mempunyai makna konotatif jika disandingkan dengan aktifitas tertentu.
Para ahli hukum Islam membaginya menjadi beraneka ragam. Dan yang saya sebutkan di sini (sesuai dengan pertanyaan) hanya dua macam. Pertama, ijbâriyyah (paksaan) artinya wewenang secara mutlak untuk melangsungkan akad pernikahan dan sekaligus memilihkan calon suami. Kedua, ikhtiyâriyyah (pilihan) artinya bagi anak perempuan mempunyai hak untuk menentukan pilihannya, walaupun ijab nikah tetap harus melalui wali.
Lalu siapakah yang mempunyai hak ijbâriyah dan siapa yang mempunyai hak ikhtiyâriyyah? Ulama'-ulama' fikih sepakat bahwa seorang wali mempunyai hak ikhtiyâriyyah. Sementara perbedaan pendapat di antara mereka mengenai perempuan, apakah ia juga punya hak ikhtiyariyah sebagaimana wali?
Mayoritas ulama' fikih (Syafi'iyah, Malikiyah, dan Hanabilah), berpendapat bahwa wanita tidak bisa menikahkan dirinya sendiri. Akan tetapi walinya yang menikahkan. Walaupun akad nikah yang dilakukan wali tersebut harus mendapat ridla dari perempuan (seperti jika perempuan yang akan dinikahkan masih perawan dan sudah akil balig).
Sementara itu, menurut pendapat Hanafiyah, seorang perempuan diperbolehkan melangsungkan ijab nikah untuk dirinya sendiri dan nikahnya dianggap sah. Namun sebaiknya, akad nikah tetap dilakukan oleh walinya. [Fath al-Qadîr, juz 3 hlm 255].
Setelah mengerti tentang definisi wilayah ijbariyah, saatnya kita mengetahui siapa saja orang yang bisa "dipaksa" itu dan siapa yang bebas memilih pasangannya sendiri.

Rabu, 22 Mei 2013

Mencari Arah dengan Tepat



Kebanyakan orang mempunyai asumsi dasar bahwa matahari terbit dari arah Timur dan terbenam di arah Barat. Anggapan seperti itu tidak sepenuhnya benar, untuk tidak dikatakan salah kaprah. Bahkan, di daerah khatulistiwa yang mempunyai siang dan malam sama panjang, persepsi tersebut juga tidak bisa dibenarkan. Yang saya maksud arah di sini adalah titik koordinat Barat atau Timur, bukan arah mata angin.
Saat musim dingin di negara-negara Arab, Yaman misalnya, matahari akan tampak terbit dari arah Selatan. Begitu juga sebaliknya. Ketika musim dingin melanda kawasan Afrika Selatan atau Amerika Selatan seperti Argentina dan Uruguway maka matahari akan terbit di sebelah Utara.
Lebih jauh lagi, pernahkah Anda membayangkan berdiri tepat di "ujung dunia"? Yakni titik kutub Utara / Selatan (lintang 90 derajat). Ya, di kawasan yang panjang siang dan malamnya masing-masing 6 bulan itu, kemana pun Anda menghadap itulah arah Selatan. Di sana tidak ada arah Timur, Barat dan Utara.
Anomali itu terjadi akibat sumbu rotasi bumi tidak selalu lurus dengan garis edarnya, tapi ada kemiringan sebesar 66.5 derajat dari bidang ekliptika, sehingga posisi matahari (jika dilihat oleh penduduk bumi) tidak selalu tepat di garis khatulistiwa, kadang di sebelah Utara kadang di sebelah Selatan.
Ada kisah menarik berkenaan dengan permasalahan ini. Beberapa hari yang lalu, saat menikmati halib (teh hangat dicampur susu) di samping dapur kuliah,  saya berdiskusi dengan seorang teman dari Bogor, Jawa Barat. "Sakan Dakhili yang kita tempati itu menghadap ke mana?" tanya saya memulai pembicaraan. Ia menjawab dengan tanpa ragu-ragu, "Jelas menghadap ke Selatan. Sebab, kita shalatnya menghadap ke Utara". Lalu saya bertanya lagi, "Waktu musim dingin kemarin, apa kamu tidak melihat matahari terbit tepat berhadapan dengan pintu?! Berarti asrama kita menghadap ke Timur dan kita shalat menghadap ke Barat". Teman saya tadi untuk sesaat terdiam. "Oh ya, benar juga. Tapi masa begitu? Soalnya di peta dunia sangat jelas bahwa Yaman berada di sebelah Selatan Arab Saudi. Terus gimana dong?" katanya membalikkan pertanyaan.
Lalu saya jelaskan bahwa setiap hari Matahari selalu bergeser dari arah Selatan ke Utara atau sebaliknya. Pergeseran tersebut sangat halus sekali sehingga tidak bisa dirasakan oleh mata kita. Itulah yang disebut dengan gerak tahunan atau gerak semu Matahari yang menyebabkan terjadinya dinamika musim di muka bumi ini. Ketika Matahari berada di sebelah Selatan, maka belahan bumi bagian Selatan akan menjalani musim panas, sementara pada saat yang bersamaan di belahan bagian Utara mengalami musim dingin, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, titik tempat munculnya matahari tidak bisa dijadikan patokan bahwa itu adalah arah Timur sejati. Dan berdasarkan perhitungan matematik, diperoleh hasil bahwa azimut kiblat untuk kota Tarim adalah 303 derajat. Maka dari itu, Sakan Dakhili yang dihuni para mahasiswa Al-Ahgaff itu menghadap ke Tenggara dan arah kiblat Yaman adalah Barat Laut.
Teman saya tadi masih bertanya lagi, "Tenggara dan Barat Laut itu mana bro?" "Hello… bukannya nama-nama delapan arah dulu pernah diajarkan di kelas dua SD?!" gumam saya dalam hati. Tenggara adalah mata angin yang arahnya antara Timur dan Selatan. Sedangkan Barat Laut adalah mata angin yang arahnya antara Barat dan Utara.
Mengetahui arah dengan tepat merupakan hal yang sangat penting sekali. Terlebih untuk menunjang kegiatan observasi hilal atau penentuan arah kiblat, walaupun untuk yang disebut terakhir ada sebuah metode yang tidak harus tahu arah terlebih dahulu (baca juga: Inovasi Tiada Batas).
Ada banyak sekali metode yang ditawarkan oleh para ahli ilmu Hisab / Ukur, diantara metode-metode itu ada yang mempunyai tingkat presisi tinggi dan ada yang rendah. Di samping itu juga ada yang bersifat temporal, dan ada yang bisa dilakukan kapan saja. Berikut saya sebutkan sebagian dari cara-cara itu:

Sabtu, 18 Mei 2013

Khataman Minhaj



Pertengahan bulan Mei seperti ini di negara-negara Arab, tak terkecuali Yaman, sedang mendekati puncak musim panas. Udara terik di siang hari membuat siapa saja enggan untuk keluar dari asrama, walaupun hanya sekadar membeli minuman di warung depan yang hanya berjarak 50 meter. Suara angin yang berhembus dari celah-celah tebing seolah merayu kami untuk kembali ke kamar dan leyeh-leyeh saja.
Dalam keadaan yang tidak nyaman seperti itu, saya dan teman-teman kelas 4 Syu'bah Ba' harus bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke luar kota untuk menyelesaikan kajian kitab Minhajut Thalibin yang sudah berlangsung selama empat tahun. Jika tidak karena pentingnya arti rihlah kali ini, saya pasti lebih memilih untuk tidur dari pada menyiksa diri seperti ini.
Kamis, 16 Mei 2012 kemarin, setelah selesai makan siang, saya bersama sekitar 30 teman yang lain berkerumun di depan gerbang asrama menunggu kedatangan bus yang akan mengangkut kami. Jarum jam menunjukkan pukul 13.40 ketika bus yang kami nanti-nanti memasuki halaman kampus. Saya langsung masuk dan mengambil tempat duduk di samping pintu. Teman-teman yang lain juga bergegas masuk. Awalnya saya heran, kenapa busnya tidak kunjung jalan? padahal kursi penumpang sudah terisi penuh. Rasa heran saya berubah menjadi kaget ketika beberapa orang datang dan langsung naik mencari tempat duduk. "Maklumlah, namanya juga gratisan" seru salah seorang teman dari belakang.
Akhirnya bus yang kami tumpangi berangkat pukul 13.55 dan sampai di Ribath Hauthah sepuluh menit sebelum adzan Ashar berkumandang. Dengan demikian perjalanan sejauh 60 kilometer itu ditempuh selama kurang lebih 45 menit.
Rasa letih sedikit berkurang saat kami masuk. Kami ditempatkan di lantai tiga yang baru saja selesai dibangun. Di sebagian tempat, aroma cat masih terasa menusuk hidung. Saya langsung mencari tempat yang nyaman untuk tidur. Dan sepertinya baru setengah jam kami tidur sudah harus bangun lagi untuk shalat Ashar dan memulai pangajian kitab Minhajut Thalibin.
Dalam silabus kurikulum Al-Ahgaff, kitab Minhajut Thalibin dikaji selama tujuh semester. Dari semester dua hingga semester delapan. Sistem pembelajarannya sama seperti di pondok-pondok pesantren. Yaitu teks-teks ibaroh difahami setiap kalimatnya. Dan alhamdulillah sekarang tinggal beberapa bab saja sudah khatam. Kali ini yang mengajar adalah Ustadz Abdurrahman bin Thaha Al-Habsyi dari Hauthah. Bagi teman-teman kelas 4 beliau sudah tidak asing lagi. Sebab, dulu beliau pernah mengajar kitab yang sama pada bab zakat dan bab nikah. Seminggu yang lalu, di ruang kuliah, beliau mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini akan bepergian cukup lama, dan baru akan kembali menjelang ujian akhir semester, maka dari itu kami diundang ke kampung halamannya untuk mengkaji kitab tersebut secara maraton dan menyelesaikannya secepat mungkin. Pengajian kali ini mungkin akan menyisakan kenangan tersendiri bagi teman-teman. Karena tempat dan suasananya sangat berbeda dengan sebelumnya.
Pada pertemuan pertama, beliau memberi sambutan hangat kepada kami. "Baru kali ini saya mengadakan pengajian di tempat (atap) ini. Saya harap kalian bisa menikmatinya. Bahkan mungkin tempat seperti ini jauh lebih efektif karena disamping bisa menghilangkan rasa kantuk, udara panas dari angin yang berhembus bisa membuka pori-pori kulit. Dengan demikian, apa yang saya sampaikan bisa masuk tidak hanya melalui telinga saja, tapi juga melalui pori-pori yang terbuka tadi. Tidak hanya itu, setiap jalsah kalian akan saya suguhi minuman segar untuk menambah semangat" katanya memulai pembicaraan.

Rabu, 15 Mei 2013

Tanya Jawab (1)



Entri ini merupakan serial tanya-jawab atas pertanyaan dari beberapa teman mengenai apa saja. Perbedaan dengan tulisan di label Tanggapan yang lainnya, jawaban di sini saya tulis lebih singkat tanpa ulasan panjang lebar. Dan untuk membedakan antara pertanyaan dan jawaban, tulisan yang bergaya miring adalah pertanyaan, dan yang tegak adalah jawabannya. Selamat menyimak!




***
Kenapa jadwal waktu shalat yang kamu buat menggunakan penanggalan Masehi, bukankah kalender Islam itu adalah Hijriyah?
Penanggalan adalah alat ukur waktu untuk menentukan peristiwa suatu kejadian secara pasti. Ada dua kalender yang dikenal oleh masyarakat Indonesia secara umum, Masehi dan Hijriyah. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah, jika kalender Masehi perhitungannya didasari atas peredaran matahari semu mengelilingi bumi, maka kalender Hijriyah berpedoman pada perputaran bulan mengelilingi bumi. Awal waktu shalat selalu dikaitkan dengan fenomena alam seperti, fajar menyingsing, matahari terbit, pertengahan hari, panjang bayang-bayang, matahari tebenam dan pudarnya rona merah senja. Semua itu adalah dampak dari aktifitas matahari sepanjang hari dan tidak ada sangkut pautnya dengan pergerakan bulan. Karena itulah, jadwal shalat yang beredar banyak memakai penanggalan Masehi. Sebenarnya bisa juga menggunakan kalender Hijriyah dengan trik konversi dari Hijriyah ke Masehi. Mudah bukan?!

***

Katanya kalau orang belajar ilmu Falak bisa tahu bahwa daun pohon itu nanti akan jatuh pada hari sekian, tanggal sekian dan jam sekian. Benarkah?
Saya sendiri heran, kenapa sekarang sering mendengar pertanyaan seperti itu, padahal dulu waktu di Indonesia tidak pernah. Anggap saja begini; tahun diibaratkan sebuah pohon, bulan diibaratkan sebuah dahan, tanggalnya adalah daun tersebut, sedangkan jam dan menit adalah Hari dan Pasaran. Mereka yang belajar ilmu Hisab Falak dapat mengetahui dengan pasti kapan jatuhnya 'daun' tersebut. Semisal, saya yang lahir pada 27 Desember 1988 dapat diketahui dengan mudah bahwa tanggal tersebut jatuh pada hari Selasa Wage.

***

Melalui ilmu Hisab Falak, konon bisa menghitung umur seseorang. Bagaimana caranya?
Bisa. Sebagai contoh, jika ada orang lahir pada tanggal 30 Desember 1997 dan meninggal pada tanggal 4 Januari 2012, berapa umur orang itu? Cara sederhana untuk mengetahui hal ini biasanya dengan mengurang tahun kematian dengan tahun kelahiran. Berarti 2012 dikurangi 1997 sama dengan 15. Namun hasil yang diperoleh kurang teliti dan mendetail.
Melalui perhitungan Hisab Falak yang cermat dapat diketahui bahwa, orang tersebut sebenarnya berumur 14 tahun lebih 5 hari berdasarkan kalender Masehi, atau 14 tahun 5 bulan 9 hari berdasarkan kalender Hijriyah.
Namun  jika yang dimaksud dengan mengetahui umur adalah kapan hari kematiannya, hal tersebut tidak bisa diketahui melalui perhitungan. Karena kematian adalah bagian dari takdir yang dirahasiakan oleh Tuhan.
Setinggi apapun kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi yang dicapai oleh manusia tidak akan mampu memahami teka-teki takdir yang begitu misterius. Bahkan seandainya NASA berhasil mengevakuasi seluruh rakyat Amerika ke planet Mars, mereka tidak akan pernah tahu kapan ajal itu datang.

Senin, 13 Mei 2013

Dialog tentang Penetapan Awal Bulan



Dialog tentang Penetapan Awal Bulan (Ramadan, Syawal, Dzul Hijjah)
1. Bagaimana hukum orang yang rukyat tapi hasil rukyatnya tidak diterima oleh pemerintah?
Orang yang rukyat, baik laki-laki, perempuan atau orang adil, harus menggunakan hasil rukyatnya, namun ia dianjurkan untuk menyembunyikan. Akan tetapi ada yang mengatakan, apabila tidak diterima oleh pemerintah, orang tersebut tidak wajib menggunakan hasil rukyatnya. (Lihat: Tharhut Tatsrîb, juz 4 hlm 117 dan Hâsyiyah Qulyûbî, juz 2 hlm 50)

 2. Bagaimana hukum orang yang mendapat berita tentang rukyat?
Apabila yang rukyat orang adil, orang yang mendapat kabar harus mengikuti, baik ia percaya atau tidak. Tetapi apabila orang yang rukyat tidak adil, orang yang menerima kabar harus ikut apabila ia percaya.

3.     Apakah orang yang rukyatnya ditolak pemerintah harus memberi kabar kepada orang lain?
Belum menemukan ada kitab-kitab standar yang membahas hal ini, akan tetapi secara tafaqquhan (wacana fikih) bisa dikatakan, hukumnya tidak wajib dan tidak haram, kecuali apabila dapat menimbulkan fitnah. Apalagi bila disampaikan pada orang lain atau organisasi.

4.     Bagaimana seandainya terjadi memberi kabar, apakah orang tersebut mendapat pahala?
Pahala itu hanya khusus untuk perbuatan yang diperintahkan agama, padahal sampai sekarang belum ditemukan adanya perintah terhadap hal itu.

5.     Apakah orang yang tidak rukyat wajib bertanya pada orang yang dimungkinkan berhasil rukyat?
Dalam kitab Qulyubi disebutkan, tetapi kurang jelas. Namun menurut kaidah tahshilu sababil wujub (sarana mencapai wajib), tidak wajib. Maka secara lahir hukumnya juga tidak wajib.

6.     Bagaimana fitrahnya orang yang lebarannya mendahului pemerintah?
Waktu fitrah itu ikut keputusan pemerintah, atau yang umum diikuti masyarakat, walaupun ia tidak mengikuti lebaran keputusan pemerintah.

7.     Apa perbedaan wajib secara umum dan wajib secara khusus?
Orang yang tidak mengetahui bahwa hari itu sudah ada orang adil yang berhasil rukyat kemudian ia tidak puasa, orang tersebut tidak wajib qadla'. Akan tetapi jika pemerintah sudah memutuskan (puasa), tetapi ia tidak mengetahui keputusan tersebut, kemudian ia tidak puasa, maka ia wajib qadla'.

8.     Bagaimana hukum orang yang menyembunyikan sikapnya yang tidak sesuai dengan keputusan pemerintah?
Ikhfa' artinya tidak menampakkan, dan ikhfa' memiliki dua macam:
Memperlihatkan yang hanya diketahui bahwa Samoun tidak berpuasa, yang demikian ini tidak dapat memberikan ulah.
Memperlihatkan seraya mengadakan takbiran ramai-ramai, salat Id ramai-ramai, menampilkan syiar hari raya (sesuai adat) secara ramai-ramai, yang diindikasikan sengaja ingin beda dengan pemerintah, atau mengajak orang lain untuk seperti dirinya, apalagi disertai dengan sengaja mengganggu orang yang tidak sama dengannya. Dan masih banyak lagi.
Yang dimaksud ikhfa' dalam beberapa kitab adalah ikhfa' yang menjadi lawa izhhar pada nomor pertama. Adapun izhhar pada bagian kedua, saya belum menemukan dalam kitab-kitab salaf dengan jawaban yang jelas, karena pada zaman dulu memang belum ada. Namun, melihat semua tadi dapat menimbulkan polemik dan perpecahan di antara sama-sama muslim, juga termasuk iftiyat terhadap pemerintah, yang semuanya ini bisa menimbulkan kerugian, maka hukumnya bisa dikatakan haram. Begitu juga memberi keterangan yang secara yakin atau zhan dapat menimbulkan fitnah, atau memang disengaja untuk menimbulkan fitnah. Maka semua ini hukumnya adalah haram.

9.     Misalnya pemerintah menetapkan hari raya pada hari Ahad (30 Ramadlan) dengan dasar rurkyat, tapi pada malam Senin ternyata hilal belum dapat dirukyat, tanpa ada mendung, atau dapat dirukyat tapi kondisinya berbeda dengan malam Ahad, atau masih sangat rendah (tidak pantas untuk hilal tanggal dua) apakah kita wajib qadla'?
Wajib qadla' secara mutlak, secara lahiriyah redaksi-redaksi kitab yang ada tidak menyaratkan ada penetapan kedua dari pemerintah.

10.   Bagaimana hukumnya berusaha rukyat?
Ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan wajib dan ada yang berpendapat sunah.

11.  Bagaimana sikap para ulama salaf ketika mempunyai pendapat yang berbeda dengan pemerintah?
Yang saya ketahui, ulama salaf lebih suka menunjukkan rasa persatuan dan tidak senang bersiap beda dengan masyarakat.

12.  Apakah pada masa rasulullah sudah dilakukan usaha rukyat untuk menentukan awal Ramadlan dan Syawwal, dan apakah ada perintah secara khusus?
Belum menemukan perintah untuk rukyat dari nas Al-Qur'an atau Hadits secara jelas. Dan yang sangat diperhatikan rasul bukan rukyat Ramadlan atau Syawwal, tapi rukyat awal Sya'ban.

13.  Dalam kitab-kitab disebutkan, bahwa hakim yang menentukan penetapan rukyat harus adil (tidak fasik), bagaimana dengan kondisi di negeri kita?
Syarat adil adalah untuk hakim yang tidak dalam kondisi darurat dan kefasikannya sudah diketahui oleh pejabat yang mengangkatnya. Atau belum diketahui, tetapi seandainya diketahui ia tidak akan dipecat.

14.  Pada tahun 1414 H, awal Ramadlan tidak menggunakan dasar rukyat akhir Sya'ban, tapi menggunakan istikmal rukyat awal Sya'ban. Bagaimana seandainya pada malam 30 Ramadlan (malam Ahad), juga malam 31 (malam Senin) tidak ada rukyat, apakah kita bisa menggunakan istikmal?
Istikmal (menggenapkan 30 hari dari tanggal 1), memiliki kekuatan seperti kekuatan tanggal satu. Artinya, jika tanggal satunya untuk kalangan umum, istikmal juga untuk umum, jika untuk khusus, istikmal juga untuk khusus. Maka, jika pada malam Ahad (30 Ramadlan), juga malam Senin (31 Ramadlan) tidak ada rukyat, kita bisa lebaran hari Senin atas dasar istikmal. Sebab istikmalnya Sya'ban atas dasar rukyah awal Sya'ban, walaupun seandainya pada rukyat awal Sya'ban tidak ada itsbat qadli (penetapan hakim). Sebab itsbat tidak harus pada awal bulan, tapi juga boleh pada waktu lainnya.

15.  Bagaimana hukum salat Id-nya orang yang lebarannya mendahului pemerintah?
Orang tersebut sunah salat terlebih dahulu, dan mengulangi salatnya bersama-sama masyarakat.

* kompilasi tanya-jawab ini adalah fatwa dari KH Abdul Wahid Zuhdi, pengasuh PP Fadllul Wahid Ngangkruk Bandungsari Grobogan Jawa Tengah, yang didokumentasikan dalam "Buku Fikih Kemasyarakatan".

Jumat, 10 Mei 2013

Tahlilan Bersama


Tarim – (9/5) Sebagai bentuk rasa simpati antar sesama mahasiswa Indonesia, Departemen Dakwah Asosiasi Mahasiswa Indonesia Al-Ahgaff yang bergerak di bidang seruan untuk melakukan kebaikan, senantiasa mengadakan acara tahlilan, khataman Al-Qur'an dan shalat gha'ib untuk mendoakan anggota keluarga mereka yang baru saja meninggal dunia.
Malam tadi, salah seorang teman yang sedang tertimpa musibah adalah Muhammad Hifni Mubarak. Mahasiswa semester Enam asal kota Lamongan Jawa Timur ini dua hari yang lalu membuat status di Facebook bahwa ibu kandungnya, Ma'syumah binti Amran, telah pulang ke hadirat-Nya.
Dimulai dengan pembagian mushaf oleh Andi Setiawan untuk dibaca satu juz setiap orangnya. Setelah itu, pembacaan tahlil dipimpin oleh Habib Husain Al-Habsyi, Wakil Ketua  AMI Al-Ahgaff periode ini. Sementara pembacaan doa dibawakan oleh Abdus Salam Kholil, orang Arab asal kota Zabid, Yaman Utara. Dan diakhiri dengan sholat Isya' berjamaah dan shalat gha'ib yang diimami oleh Habib Husain Al-Habsyi.
Ada sekitar seratus mahasiswa dari berbagai tingkatan turut hadir dalam acara yang digelar di Sutuh Sakan Dakhili malam tadi. Sebagian dari mereka rela meninggalkan rutinitas mingguannya, yaitu Maulidan di Darul Musthofa. Jika tidak ada halangan yang berarti, saya selalu menyempatkan untuk menghadiri acara yang diselenggarakan antara waktu Maghrib dan Isya' ini.
Kegiatan seperti ini lazim diadakan setiap ada laporan dari teman-teman bahwa anggota keluarganya ada yang meninggal, baik itu ayah, ibu, kakek, nenek, saudara atau kerabat lainnya. Kemudian, pihak AMI yang diwakili Departemen Dakwah, turut membantu dengan menempel pengumuman, menyediakan tikar dan mushaf.
Tidak hanya itu, acara serupa juga diadakan jika ada seorang ulama' atau tokoh agama yang baru saja wafat. Seperti beberapa waktu yang lalu, saat Syekh Muhammad Said Ramadlan Al-Buthi dan KH Ahmad Warson Munawwir berpulang ke rahmatullah.
Bahkan tidak hanya di lingkungan kampus Tarim saja. Tiga tahun yang lalu saat masih tinggal di Mukalla, salah seorang teman kami, Hasan Basri,  dari angkatan ke-17 meninggal dunia karena serangan ginjal. Ketua FORMIL 2009-10 (sekarang AMI) waktu itu, Abdul Mu'iz Ali, ketika mendengar kabar tersebut, langsung berinisiatif untuk mengajak teman-teman yang ada di Tarim untuk mengadakan tahlilan bersama sebagai ungkapan belasungkawa dan solidaritas antar pelajar di lembaga yang sama.
Semoga amal baik almarhum diterima di sisi Allah s.w.t. dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran untuk tetap semangat menjalankan aktifitas belajar di negeri Yaman ini.

Sabtu, 04 Mei 2013

Bungkam Jawa Barat 4-0 di Partai Persahabatan


Tarim – (3/5) Jum'at pagi kemarin, di stadion Santiago Berdebu, laga persahabatan pekan ini mempertemukan dua finalis kompetisi liga dua bulan yang lalu, Jawa Tengah melawan Jawa Barat. Nampaknya Jawa Barat ingin membalas dendam atas kekalahan mereka di final dalam laga persahabat kali ini.
Pertandingan dimulai ketika wasit asal Jawa Timur, Fathurrahman, meniup peluit panjang. Jawa Barat hanya memasang dua striker cadangannya, yaitu Rahmatullah dan Ahmad Rifa'i, keduanya tidak bisa bekerjasama dengan baik. Praktis, serangan mereka selalu kandas di barisan pertahanan Jawa Tengah yang dikawal oleh Muhammad Lutfi Hakim. Sementara Jawa Tengah yang baru saja kehilangan penyerang andalannya, Ahmad Muhlisin, setelah menyatakan dirinya pensiun terpaksa memasang bek sayap, Muflihun dan pemain baru asal Jepara, Muhammad Bahtiar Ali Basya untuk mengisi kekosongan lini depan.
Spekulasi tersebut ternyata membuahkan hasil. Memasuki menit ke-10, Jateng mendapat peluang melalui tendangan penjuru. Ahmad Mansur yang mengambil tendangan sukses mengirim bola dan direspon dengan baik oleh Muflihun yang berdiri tepat di depan gawang. Skor 1-0 untuk keunggulan Jateng. Beberapa menit sebelum turun minum, bek senior Jawa Barat, Abdus Syakur, sempat mengancam gawang Jateng melalui tendangan melambungnya, namun masih membentur tiang mistar. Lutfi Ahsanuddin, sang penjaga gawang asal Kendal ini hanya melongo melihat bola melintasi dirinya. Skor ini bertahan hingga waktu jeda.
Di babak kedua, Jabar mengganti dua strikernya sekaligus dengan Habib Ali Al-Kaff dan Habib Ridlo Al-Aidrus. Pergantian tersebut cukup menambah daya gedor anak-anak Sunda ini. Namun sayang, serangan yang mereka bangun selalu gagal. Absennya Fadla'il ternyata membuat lini tengah Jabar tidak terkordinasi dengan baik.
Sementara itu, Jawa Tengah justru berhasil menambah keunggulan melalui sundulan kepala Muflihun pada menit-menit awal babak kedua. Tidak selang lama, gelandang serang asal Purwodadi, Suryono, berhasil memanfaatkan bola liar dan mengarahkannya ke sudut kiri gawang Jabar. Beberapa menit kemudian, lagi-lagi Suryono membuat pendukung Jabar terdiam saat tendangan kerasnya gagal dihalau oleh kiper. Skor 4-0 bertahan hingga pertandingan usai.
Nampaknya dewi fortuna masih enggan berpihak kepada Jawa Barat. Dalam pertandingan selama 50 menit ini, lagi-lagi Jawa Tengah kembali memperlihatkan dominasinya atas Jawa Barat. Hasil ini menambah rekor buruk bagi Jawa Barat yang tidak pernah menang ketika melawan Jateng selama tiga tahun terakhir baik dalam pertandingan resmi atau persahabatan. Kemenangan Jabar atas Jateng terakhir diraih pada tahun 2010 silam dengan skor cukup telak 3-0.

Kamis, 02 Mei 2013

Kumpul Bareng di Masbah


Mahasiswa Indonesia angkatan 15 di Universitas Al-Ahgaff, Yaman.
Lomba tarik tambang di dalam kolam renang.
Bulan Mei merupakan awal musim panas di Negara Yaman. Walau belum mencapai puncaknya, kehangatan udaranya sudah sangat terasa, meski di waktu pagi sekalipun. Tak ada tempat rekreasi yang lebih menarik di tempat kering seperti ini selain genangan air. Jika Mukalla mempunyai pantai yang membentang jauh ke Teluk Aden, maka kota terbesar di lembah Hadhramaut ini mempunyai "oase buatan" yang asyik untuk dikunjungi. Masbah (kolam renang) adalah tempat rekreasi paling digemari oleh pelajar Indonesia di Tarim untuk sekadar tempat berkumpul bersama dan menghilangkan penat.

Berawal dari sebuah obrolan ringan teman-teman di grup Facebook, akhirnya para penggawa Duf'ah 15 Mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Ahgaff mengadakan kumpul bareng di kolam renang, Rabu, 1 Mei 2013 lalu. Acara seperti ini biasanya dilaksanakan waktu liburan. Namun karena saat ini kabarnya ada donatur yang siap menanggung biaya sewa kolam renang, maka atas inisiatif dari salah seorang teman sesegera mungkin acara diselenggarakan.

Saya berangkat dari asrama pukul 19.00 bersama beberapa teman pejalan kaki lainnya. Tidak butuh waktu lama untuk sampai tujuan karena memang tidak terlalu jauh. Mungkin sekitar 150 meter dari gerbang utama ke arah barat daya.
Bertempat di Masbah Amiri samping Masjid Jamalul Lail, acara diawali dengan pembukaan yang dibawakan oleh Ahmad Arif Salman pada pukul delapan. Dilanjutkan dengan pembacaan surah Yasin yang dipimpin oleh Muhammad Mahrus Ali sekaligus doa. Acara berikutnya adalah sambutan atau mendengarkan aspirasi dari teman-teman.

Kamaluddin Sitorus, seorang teman asal Medan, Sumatra Utara, mengusulkan agar diadakan acara khataman. "Kita kan sudah menginjak mustawa empat dan sebentar lagi masuk mustawa lima.  Jadi, banyak kitab yang sudah kita khatamkan. Bagaimana kalau suatu saat nanti kita ngadain acara khataman seperti yang lazim dilakukan di Indonesia," katanya.

Setelah itu, Masruhin yang sebelumnya sempat digojloki karena dianggap hanya berani menyampaikan unek-uneknya di dunia maya, akhirnya berani tampil dan berbicara panjang lebar. "Beberapa waktu yang lalu saya diundang ke grup mahasiswa Mesir. Grup itu tidak sekadar tempat ngerumpi atau bersenda gurau, tapi dijadikan ajang diskusi, musyawarah, dan kajian ilmiah lainnya.  Alangkah baiknya jika grup Facebook kita ini bisa berfungsi seperti itu," ujar pria asal Madura ini.

Rofiq Anwari, teman akrab Masruhin, juga tidak mau ketinggalan. Dia menyampaikan, "Sebenarnya, postingan saya selama ini yang dianggap kontroversial hanya sebatas guyonan. Walau di dunia maya kami kelihatan bermusuhan, tapi di dunia nyata kami berhubungan baik."

"Jika ada yang ingin membuat postingan serius, silakan. Yang ingin membuat posting guyonan juga silakan, akan saya ladeni. Untuk postingan yang serius saya tidak mau ikut campur, apalagi saya masih punya tanggungan hafalan Alquran sebanyak 4 juz," lanjut pria yang sangat eksis di dunia maya ini.

Setelah sesi dengar pendapat selesai, teman-teman langsung mencebur ke kolam sambil bermain bola. Sementara Asep Zakariya, selaku koordinator perlombaan mengumumkan jenis perlombaan dan mengajak siapa saja yang mau ikut. Perlombaan tersebut adalah renang, makan krupuk, panco, memindah kelereng, dan Play Station.

Sekitar pukul sembilan lebih sedikit, teman-teman dikagetkan dengan kedatangan tamu tak terduga namun sudah tak asing lagi: Ustaz Abdullah Abdul Karim Syahin dari Palestina yang dulu pernah mengajar Al-Yâqût al-Nafîs, Tarikh Tasyrî' dan Ulumul Qur'an ketika di Mukalla. Kedatangannya bersama Habib Abdurrahman Al-Musawa disambut meriah oleh teman-teman.

Habib Al-Musawa meminta kepada ustaz Syahin untuk memberi nasihat kepada teman-teman semua. Dalam sambutannya beliau berkata, "Sebenarnya saat ini bukan waktu yang tepat untuk memberi nasihat. Saya datang ke sini hanya untuk bertemu dengan kalian. Tiga tahun lamanya kita berpisah, namun bayangan kalian masih dan akan selalu ada di benakku. Saya mendapat kehormatan bisa belajar bersama kalian."

Menjelang pukul sepuluh malam, sebagian teman kembali ke asrama karena tidak ingin menginap di kolam renang dan sebagian yang lain ingin menonton siaran langsung Semifinal Liga Champions.

Habib Ali Zainal Abidin Al-Kaff yang datang dengan membawa sebuah proyektor tidak mau mengecewakan mereka yang ingin menonton sepak bola tanpa harus pulang. Melalui perantara laptop dengan koneksi internet nirkabel, akhirnya dapat terhubung secara streaming ke salah satu stasiun televisi di Indonesia, SCTV, yang menyiarkan pertandingan antara Barcelona dan Bayer Munchen.

Setelah pertandingan usai, atau sekitar pukul 23.45 suasana bertambah ramai. Mereka yang sebelumnya sudah berenang, melihat teman-teman bermain bola air ikut nimbrung masuk lagi ke kolam. Baru sekitar pukul 01.30 suasana benar-benar menjadi sepi, kebanyakan sudah pada tidur termasuk saya sendiri. Hanya tinggal beberapa orang yang masih bermain Play Station dan menonton film. Hingga akhirnya, sekitar pukul 03.30 kami yang tidur dibangunkan untuk kemas-kemas dan kembali ke asrama.