Gambar diambil dari sini. |
Alkisah, seorang
ustaz di sebuah pesantren melarang murid-muridnya mengucapkan kata Minggu,
alih-alih Ahad, untuk menyatakan nama hari pertama dalam jangka waktu
satu pekan. Tidak diketahui secara pasti apa motif di balik pelarangan
tersebut. Tapi seperti yang bisa kita duga, barangkali hal itu karena Ahad
dirasa lebih islami ketimbang Minggu yang terkesan formal. Mungkin juga
ada alasan lain yang saya tidak tahu.
Merasa penasaran
dengan asal usul dua kata tersebut, saya pun melakukan studi kecil-kecilan dengan
bantuan mesin penelusur Google dan saya menemukan beberapa penjelasan menarik di
sana, baik dari segi etimologi maupun sosiolinguistik.
Ahad diserap langsung dari bahasa Arab dengan menghilangkan
partikel al-. Dalam bahasa Arab, ahad berarti satu dan karena itulah ia kemudian
dijadikan sebagai hari pertama dalam jangka satu pekan (KBBI). Meskipun
begitu, ada juga negara-negara Islam yang menjadikan Ahad sebagai hari kedua
setelah Sabtu.
Penamaan hari Ahad—dan
juga hari-hari yang lain—sebenarnya sudah dikenal oleh bangsa Arab sebelum
Islam datang. Setelah Islam diturunkan, kata Ahad menjadi sangat populer
berkat Sahabat Bilal bin Rabah, seorang budak berkulit hitam sekaligus muazin
di masa Rasulullah.
Dikisahkan dalam
buku-buku tarikh, Bilal pernah disiksa majikannya dengan cara ditindih batu
besar lantaran keteguhan hatinya memeluk agama Islam; ia dibiarkan terkapar di
bawah terik matahari yang panas menyengat. Dalam kondisinya yang memilukan seperti
itu, yang terucap dari mulutnya hanyalah “Ahad... Ahad... Ahad....” Tentu bukan
nama hari yang Bilal maksud, melainkan Zat Yang Maha Esa: Allah.
Mungkin karena
faktor inilah, Ahad mendapat perlakuan istimewa di kalangan sebagian
umat Islam yang kurang puas dengan Minggu.
Sedangkan Minggu,
menurut beberapa artikel yang saya baca diambil dari bahasa Portugis, Domingo.
Dalam bahasa Melayu yang lebih awal, kata ini dieja menjadi Dominggu. Baru sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
kata ini dieja sebagai Minggu. Versi lain mengatakan bahwa
kata Minggu berasal dari Domingo,
nama seorang pastor
yang dahulu pernah menyebarkan ajaran Nasrani di bumi Nusantara.
Lebih jauh lagi, Domingo dalam bahasa
Portugis tersebut konon diserap dari bahasa Latin dominus yang berarti Tuhan. Ini berdasarkan kepercayaan orang-orang Nasrani bahwa pada hari itu Yesus—Tuhan
menurut mereka; Nabi
Isa menurut kita—telah dibangkitkan.
Terlepas dari
benar-tidaknya penjelasan di atas, mari kita berpikir secara arif dan logis. Apakah
mereka yang konsisten mengucapkan Ahad—tanpa adanya impuls atau
kesadaran dari dalam hati—keislamannya menjadi lebih baik? Dan sebaliknya, mereka
yang senantiasa melafalkan Minggu apakah berarti keislamannya patut
diragukan?
Bahwa kini
tampaknya kata Minggu lebih populer dan menjadi satu-satunya
nama hari yang bukan berasal dari kata bahasa Arab, kiranya adalah sekadar
pilihan penutur bahasa. Tidak perlu terlalu dipersoalkan karena moto negara
kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, toh?
Jadi tahu asal usulnya mas
BalasHapusSemoga tulisan di atas bermanfaat.
Hapusdikampungku madura sana alhamdulillah selalu pake kata ahad
BalasHapusAlhamdulillah. Mudah-mudahan pengucapan Ahad di sana tak sekadar formalitas belaka.
Hapusiya mas kata ahad jarang banget digunakan terlebih lagi anak-anak jaman sekarang, kalo dikampung-kampung sih masih suka denger itupun biasanya para orangtuanya aja :)
BalasHapusKalau orang-orang tua di kampung saya mengucapkannya ngat.
Hapuskalo saya sih ga masalah mau pake kata minggu atau ahad,,, tapi semua tergantung ke kitanya lagi sekarang...
BalasHapusthanks mas jadi dapat info baru :D
Saya sendiri menggunakan dua kata tersebut secara bergantian, tergantung siapa yang diajak bicara.
Hapuslalu untuk minggu sebagai satuan waktu (7hari) gimana sejarahnya?
BalasHapus*nyimak*
*gelar tikar dipojokan*
Sepertinya sama saja, karena Minggu memang sebuah homonim dengan dua makna: (1) hari pertama dalam jangka waktu satu minggu; Ahad; (2) jangka waktu yg lamanya tujuh hari. Bedanya untuk makna yang kedua diawali dengan huruf kecil.
HapusMinggu/Ahad, keduanya biasa kita dengar. Cuma seahad, sebagai ganti seminggu yang menunjuk perputaran hari selama 7 hari, yang sepertinya belum ada. :)
BalasHapusHe-he-he. Meski Ahad dan Minggu bersinonim, keduanya memiliki makna lain yang berbeda. Padanan minggu—jangka waktu selama tujuh hari—adalah pekan yang dalam bahasa Arab kita mengenalnya dengan istilah usbû’ atau jum’ah.
HapusBelum lama ini, aku diprotes sm anak lanang yg msh duduk di kelas 1, aku nulis hari minggu, eh disuruh ganti, katanya menurut bu Gurunya sebaiknya nulis hari ahad...yo wis aku manut ajaa...
BalasHapusLebih baik lagi jika anaknya dikasih tahu bahwa Ahad adalah salah satu dari asma Tuhan yang berarti satu.
Hapusdulu aku nyantri juga dilarang tepuk tangan, Mas. alasannya meniru orang barat itu. solusinya tepuk tangannya salah satu telapaknya dibalik. untuk kasus menyebut hari Minggu juga ada anjuran untuk membiasakan menyebut hari Ahad. yang seperti ini bila dirunut ke belakang itu warisan lama jaman kolonial. ada istilah perlawanan budaya terhadap kaum penjajah yang dianggap kafir. merujuk pada man tsyabaha biqaumim fahua minhum. jadi ada anjuran jangan meniru prilaku bangsa penjajah. duh, komennya panjang nih ^_^
BalasHapusSama seperti memakai dasi. Dulu sempat ada fatwa haram karena dianggap menyerupai orang kafir.
Hapuswah mantap mas saya juga lebih suka make ahad cuma terkdang temen" dah familiar sama sunday kalo gak minggu... hehe tapi apapun sebutannya yang penting kita ,libur mas kalo hari itu hehe...
BalasHapusHa-ha-ha. Apa pun penyebutannya, yang penting libur. Tapi di tempat saya liburnya hari Jumat.
HapusKalau saya suka keceplosan Minggu, udah kebiasa sejak kecil. Tapi ada satu temen yang kebiasa biang Ahad, mau ikut, tapi seringnya lupa.
BalasHapusBaik Ahad maupun Minggu, keduanya sama saja.
HapusIya ya. Ahad dsebut hari kedua soalnya jumat libur (yg d pondok)
BalasHapussaya liburnya gk tentu. Kadang sampai lupa hari. Kalau nyebut minggu masih minggu. Dulu saya kira ahad iyu senin loooh. Tuing!
Baik yang menyebut Ahad maupun Minggu tetap menikmati liburannya, bukan?
Hapussetuju negara kita memang bersemboyankan "Bhineka Tunggal Ika" jadi gak usah dipermasalahkan tentang "Minggu" atau "Ahad", tak ada hubungannya dengan keimanan seseorang, karena iman seseorang hanya dialah yang tahu, orang lain tak bisa mengukur kadar keimanannya....
BalasHapusBenar, Mbak Yuni. Kualitas keislaman seseorang hanya Dia yang tahu.
HapusSaya pun kini sudah membiasakan diri untuk mengajari anak anak untuk gemar menulis kata AHAD instead of MINGGU. Selain saya dengar informasi kata MINGGU adalah milik agama tertentu, saya juga ingin melatih anak anak saya gemar dengan keyakinan Islam dengan baik. Justru mulai dari hal hal yang kecil seperti penyebutan Hari AHAD ini. Terima kasih atas artikelnya yang mencerahkan kita semua
BalasHapusBagus itu, Kang Asep. Semoga mereka menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada kedua orang tua.
Hapusya sudah, sebagai agen islam yang baik, mari mengucapkan ahad...
BalasHapuskarena baca postingan ini, saya jadi tahu tentang makna ahad dan minggu... Insya Allah seterusnya saya akan bilang ahad...
Tapi tulisan di atas tidak mengajak siapa pun untuk mengucapkan Ahad atau Minggu.
Hapushari minggu bagi saya hari libur kerja, jadi cocok buat nyante ya mas :D
BalasHapusApa pun harinya, yang namanya libur pasti dibuat santai :D
HapusLama ga mampir nih. Oh ternyata hari Minggu ada napak tilasnya toh, kirain cuma iseng namain aja hehe. Nice info! Tapi, teteplah mau bener apa kaga yang Bhineka Tunggal Ika! TOP!
BalasHapusSalam dari Galassia del Sogno
kunjungan pertama ya gan
BalasHapus