Pages - Menu

Selasa, 16 September 2014

Nomenklatur Hari (Minggu)

Gambar diambil dari sini.
Alkisah, seorang ustaz di sebuah pesantren melarang murid-muridnya mengucapkan kata Minggu, alih-alih Ahad, untuk menyatakan nama hari pertama dalam jangka waktu satu pekan. Tidak diketahui secara pasti apa motif di balik pelarangan tersebut. Tapi seperti yang bisa kita duga, barangkali hal itu karena Ahad dirasa lebih islami ketimbang Minggu yang terkesan formal. Mungkin juga ada alasan lain yang saya tidak tahu.

Merasa penasaran dengan asal usul dua kata tersebut, saya pun melakukan studi kecil-kecilan dengan bantuan mesin penelusur Google dan saya menemukan beberapa penjelasan menarik di sana, baik dari segi etimologi maupun sosiolinguistik.

Ahad diserap langsung dari bahasa Arab dengan menghilangkan partikel al-. Dalam bahasa Arab, ahad berarti satu dan karena itulah ia kemudian dijadikan sebagai hari pertama dalam jangka satu pekan (KBBI). Meskipun begitu, ada juga negara-negara Islam yang menjadikan Ahad sebagai hari kedua setelah Sabtu.

Penamaan hari Ahad—dan juga hari-hari yang lain—sebenarnya sudah dikenal oleh bangsa Arab sebelum Islam datang. Setelah Islam diturunkan, kata Ahad menjadi sangat populer berkat Sahabat Bilal bin Rabah, seorang budak berkulit hitam sekaligus muazin di masa Rasulullah.

Dikisahkan dalam buku-buku tarikh, Bilal pernah disiksa majikannya dengan cara ditindih batu besar lantaran keteguhan hatinya memeluk agama Islam; ia dibiarkan terkapar di bawah terik matahari yang panas menyengat. Dalam kondisinya yang memilukan seperti itu, yang terucap dari mulutnya hanyalah “Ahad... Ahad... Ahad....” Tentu bukan nama hari yang Bilal maksud, melainkan Zat Yang Maha Esa: Allah.

Mungkin karena faktor inilah, Ahad mendapat perlakuan istimewa di kalangan sebagian umat Islam yang kurang puas dengan Minggu.

Sedangkan Minggu, menurut beberapa artikel yang saya baca diambil dari bahasa Portugis, Domingo. Dalam bahasa Melayu yang lebih awal, kata ini dieja menjadi Dominggu. Baru sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kata ini dieja sebagai MingguVersi lain mengatakan bahwa kata Minggu berasal dari Domingo, nama seorang pastor yang dahulu pernah menyebarkan ajaran Nasrani di bumi Nusantara.

Lebih jauh lagi, Domingo dalam bahasa Portugis tersebut konon diserap dari bahasa Latin dominus yang berarti Tuhan. Ini berdasarkan kepercayaan orang-orang Nasrani bahwa pada hari itu YesusTuhan menurut mereka; Nabi Isa menurut kita—telah dibangkitkan.

Terlepas dari benar-tidaknya penjelasan di atas, mari kita berpikir secara arif dan logis. Apakah mereka yang konsisten mengucapkan Ahad—tanpa adanya impuls atau kesadaran dari dalam hati—keislamannya menjadi lebih baik? Dan sebaliknya, mereka yang senantiasa melafalkan Minggu apakah berarti keislamannya patut diragukan?

Bahwa kini tampaknya kata Minggu lebih populer dan menjadi satu-satunya nama hari yang bukan berasal dari kata bahasa Arab, kiranya adalah sekadar pilihan penutur bahasa. Tidak perlu terlalu dipersoalkan karena moto negara kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, toh?

32 komentar:

  1. dikampungku madura sana alhamdulillah selalu pake kata ahad

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Mudah-mudahan pengucapan Ahad di sana tak sekadar formalitas belaka.

      Hapus
  2. iya mas kata ahad jarang banget digunakan terlebih lagi anak-anak jaman sekarang, kalo dikampung-kampung sih masih suka denger itupun biasanya para orangtuanya aja :)

    BalasHapus
  3. kalo saya sih ga masalah mau pake kata minggu atau ahad,,, tapi semua tergantung ke kitanya lagi sekarang...
    thanks mas jadi dapat info baru :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sendiri menggunakan dua kata tersebut secara bergantian, tergantung siapa yang diajak bicara.

      Hapus
  4. lalu untuk minggu sebagai satuan waktu (7hari) gimana sejarahnya?

    *nyimak*
    *gelar tikar dipojokan*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya sama saja, karena Minggu memang sebuah homonim dengan dua makna: (1) hari pertama dalam jangka waktu satu minggu; Ahad; (2) jangka waktu yg lamanya tujuh hari. Bedanya untuk makna yang kedua diawali dengan huruf kecil.

      Hapus
  5. Minggu/Ahad, keduanya biasa kita dengar. Cuma seahad, sebagai ganti seminggu yang menunjuk perputaran hari selama 7 hari, yang sepertinya belum ada. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. He-he-he. Meski Ahad dan Minggu bersinonim, keduanya memiliki makna lain yang berbeda. Padanan minggu—jangka waktu selama tujuh hari—adalah pekan yang dalam bahasa Arab kita mengenalnya dengan istilah usbû’ atau jum’ah.

      Hapus
  6. Belum lama ini, aku diprotes sm anak lanang yg msh duduk di kelas 1, aku nulis hari minggu, eh disuruh ganti, katanya menurut bu Gurunya sebaiknya nulis hari ahad...yo wis aku manut ajaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih baik lagi jika anaknya dikasih tahu bahwa Ahad adalah salah satu dari asma Tuhan yang berarti satu.

      Hapus
  7. dulu aku nyantri juga dilarang tepuk tangan, Mas. alasannya meniru orang barat itu. solusinya tepuk tangannya salah satu telapaknya dibalik. untuk kasus menyebut hari Minggu juga ada anjuran untuk membiasakan menyebut hari Ahad. yang seperti ini bila dirunut ke belakang itu warisan lama jaman kolonial. ada istilah perlawanan budaya terhadap kaum penjajah yang dianggap kafir. merujuk pada man tsyabaha biqaumim fahua minhum. jadi ada anjuran jangan meniru prilaku bangsa penjajah. duh, komennya panjang nih ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama seperti memakai dasi. Dulu sempat ada fatwa haram karena dianggap menyerupai orang kafir.

      Hapus
  8. wah mantap mas saya juga lebih suka make ahad cuma terkdang temen" dah familiar sama sunday kalo gak minggu... hehe tapi apapun sebutannya yang penting kita ,libur mas kalo hari itu hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha-ha-ha. Apa pun penyebutannya, yang penting libur. Tapi di tempat saya liburnya hari Jumat.

      Hapus
  9. Kalau saya suka keceplosan Minggu, udah kebiasa sejak kecil. Tapi ada satu temen yang kebiasa biang Ahad, mau ikut, tapi seringnya lupa.

    BalasHapus
  10. Iya ya. Ahad dsebut hari kedua soalnya jumat libur (yg d pondok)
    saya liburnya gk tentu. Kadang sampai lupa hari. Kalau nyebut minggu masih minggu. Dulu saya kira ahad iyu senin loooh. Tuing!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik yang menyebut Ahad maupun Minggu tetap menikmati liburannya, bukan?

      Hapus
  11. setuju negara kita memang bersemboyankan "Bhineka Tunggal Ika" jadi gak usah dipermasalahkan tentang "Minggu" atau "Ahad", tak ada hubungannya dengan keimanan seseorang, karena iman seseorang hanya dialah yang tahu, orang lain tak bisa mengukur kadar keimanannya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak Yuni. Kualitas keislaman seseorang hanya Dia yang tahu.

      Hapus
  12. Saya pun kini sudah membiasakan diri untuk mengajari anak anak untuk gemar menulis kata AHAD instead of MINGGU. Selain saya dengar informasi kata MINGGU adalah milik agama tertentu, saya juga ingin melatih anak anak saya gemar dengan keyakinan Islam dengan baik. Justru mulai dari hal hal yang kecil seperti penyebutan Hari AHAD ini. Terima kasih atas artikelnya yang mencerahkan kita semua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus itu, Kang Asep. Semoga mereka menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada kedua orang tua.

      Hapus
  13. ya sudah, sebagai agen islam yang baik, mari mengucapkan ahad...
    karena baca postingan ini, saya jadi tahu tentang makna ahad dan minggu... Insya Allah seterusnya saya akan bilang ahad...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi tulisan di atas tidak mengajak siapa pun untuk mengucapkan Ahad atau Minggu.

      Hapus
  14. hari minggu bagi saya hari libur kerja, jadi cocok buat nyante ya mas :D

    BalasHapus
  15. Lama ga mampir nih. Oh ternyata hari Minggu ada napak tilasnya toh, kirain cuma iseng namain aja hehe. Nice info! Tapi, teteplah mau bener apa kaga yang Bhineka Tunggal Ika! TOP!
    Salam dari Galassia del Sogno

    BalasHapus

Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!