Gambar pesawat Yemenia dari wikimedia. |
Angin dingin Kota
Sana’a mengelus kulit lembut saya. Jarum jam menunjukkan pukul 18.45 KSA
ketika rombongan kami satu per satu keluar dari ruang tunggu menuju bus yang
sudah disiapkan. Di lapangan landas pacu, seekor “burung besi” telah menanti
dengan suara mesinnya yang merderu-deru.
Hari itu (Sabtu, 6
Desember 2014), saya dan 24 mahasiswa Universitas Al-Ahgaff akan melakukan
perjalanan panjang menuju Tanah Air tercinta. Setelah 5 tahun lamanya belajar
di Negara Yaman, kini tibalah waktunya untuk pulang ke kampung halaman.
Wajah mereka tampak
semringah. Entah apa yang ada di pikiran mereka waktu itu. Yang jelas, mereka
sangat gembira. Bahkan saking gembiranya, ada yang bergurau dengan berkata,
“Coba cubit lengan saya! Jangan-jangan ini hanya mimpi.” Ha-ha-ha, saya tertawa
dalam hati.
Tak sampai 10 menit
bus yang mengantarkan kami tiba di sisi pesawat Yemenia. Kami bergegas naik ke
kabin dengan menenteng barang bawaan masing-masing. Seorang pramugari menyambut
di pintu masuk dengan senyuman manis yang mengembang di wajahnya. Beberapa di
antaranya tampak sibuk melayani penumpang yang kebingungan mencari tempat
duduk. Saya mendapat kursi dengan nomor 17K yang berada di samping jendela,
tempat favorit bagi semua orang karena bisa melihat pemandangan di luar.
Setelah meletakkan
tas ransel di tempat yang disediakan, saya pun langsung duduk merebahkan badan
dan memandangi seisi ruangan. Di lorong sebelah, seorang teman tampak sedang
berbicara dengan salah satu pramugari asal Indonesia. Entah apa yang ia
bicarakan. Mungkin ia ingin mengikuti jejak Narji—pelawak bermuka pas-pasan
itu—yang sukses menggaet pramugari cantik sebagai istri setelah sebelumnya berkenalan
di dalam pesawat.
“Hizam! Hizam!”
Suara pramugari mengejutkan saya. Rupanya ia sedang mengingatkan para penumpang
untuk mengenakan sabuk pengaman, pertanda pesawat akan
segera lepas landas.
Usai saya memakai
sabuk pengaman, ternyata pesawat tidak langsung terbang. Saya mulai dihinggapi
rasa bosan dan tidak nyaman, apalagi kursi yang saya duduki tidak ergonomis. Dan
untuk menghilangkan rasa jenuh itu, saya mengambil ponsel dan perangkat dengar
(headset) di saku lalu menyalakan pemutar musik.
Beberapa hari sebelumnya
saya sengaja menyalin fail-fail MP3 ke dalam ponsel untuk menemani perjalanan
saya. Dan di antara lagu-lagu itu, yang paling saya sukai dan selalu saya putar
ulang adalah “Gadis Malaysia” yang dinyanyikan oleh Yus Yunus, penyanyi dangdut
legendaris dari Madura. Dulu, sebelum mengenal dunia internet, saya sering
kirim SMS ke penyiar radio untuk request lagu tersebut. Berikut ini
lirik lengkapnya.
* * *
Jangan kaututupi
wajahmu, Sayang, dengan sepuluh jarimu.
baru pertama aku
melihat gadis secantik kamu.
berparas melati
disanggul jelita.
Nur Azizah ... Nur
Azizah....
Gadis Malaysia memakai
kebaya panjang berselendang sutra ungu.
hatiku tergoda.
boleh tak boleh
wajah adik kupandang.
boleh tak boleh aku
jatuh cinta.
Nur Azizah ... Nur
Azizah....
Jangan malu! berikan
kepadaku madu-madu asmara.
semakin kupandang
semakin haus pula cintaku.
tutur sapa dan
bahasa menyentuh telingaku bagaikan serunai syahdu.
jawaban cintamu
seakan-akan ku tak percaya.
ku akan
persembahkan sebuah rumah kecil berdinding bunga-bunga untuk kita berdua.
Boleh tak boleh
wajah adik kupandang.
boleh tak boleh aku
jatuh cinta.
Wah sudah tiba di Indonesia ya mas. Selamat mendarma baktikan ilmu yang diperoleh di Yaman untuk kejayaan Bangsa dan Negara Indonesia ya
BalasHapus*ditunggu pesanan saya Songkok
alamat rumah saya akan saya kirimkan seceptnya|
Hihiheiheihee. *NEKAT banged sayah e
Kemarin (cuma) bawa kopiah 6 biji. Sudah diambil teman-teman dan sekarang tinggal satu yang berwarna putih. Bagaimana?
HapusNarji pelawak berwajah pas pasan tapi istrinya cantik jelita. Hiehiehe Ini menarik Sekilas memang "tidak adil" ya. Idealnya kan ganteng ketemu cantik. Tap jodoh itu termasuk urusan Allah SWT> Jika Allah SWT sudah "merestui" dan memberi "izin" seorang hamba NYA untuk menikahi pasangan yang dicintainya. Why Not? Maha Besar Allah SWT
BalasHapusselamat datang di Tanah Air, kapan kita bisa ko[pdaran sekaligus silaturahmi, disebelah rumah saya ada warung kopi bolehlah kita cangkuan disana ya mas :)
BalasHapusSaya belum ada rencana berkunjung ke Bangkalan.
Hapusalhmdlah selesai juga ya mas kuliah'y,smg ilmu'y bermanfaat,aamiin... btw,nurazizah ikut pulang ke indonesia juga kan? ^_^
BalasHapuswah mantap dah mas" keren penuh ilmu ini...selamat datang ke Tanah perjuangan mas... semoga makin berkah manfaat calon Imam" ini... ^-^ josh btw nur azizahnya sgra dikhitbah ya mas haha hay pizzz
BalasHapusWah sudah pulang Mas Lutfi? Bagaimana rasanya kembali ke Tanah Air? Ditunggu ceritanya. Ternyata gadis Malaysia itu lagu tho, saya sampe penasaran :D
BalasHapusIya, cuma judul lagu.
Hapusselamat kembali ke tanah air..
BalasHapusAih, gadis Malaysianya diajak kenalan gak..?? heheh atau lsg dinyanyiin lagunya Yus Yunus gitu didepan sang gadis..? hahahah..
BalasHapusMet datang kembali ke tanah air, Lutfi..
Oh, sudah pulang kampung juga akhirnya, Mas? Selamat ya... Selamat datang, maksudnya...
BalasHapusKirain ketemu Gadis Malaysia yang adalah pramugarinya :D
wah udah pulang ke Indonesia? Welcome back mas! semoga ilmu2 yang didapat dari Yaman bisa bermanfaat ya di sini ^^
BalasHapusthanks infonya sob,, sangat bermanfaat sekali bagi saya.. :)
BalasHapuskalau ada waktu,,kunjung balik blog baru saya ya sob >> tutorialblogwiky.blogspot.com (^_^)
terima kasihh..
Alhamdulillaah..., selamat datang di negeri ini ya, Mas.
BalasHapusIlmu panjenengan tentu sangat diharapkan.
wah ga ada fto gadis nya nih, hehehe kata nya gadis malaysia itu cantik cantik ya mas mirip siti nur haliza :D
BalasHapuslama di tanah air? gak ada gadis Indonesia yang cantik ya lagunya hehehe
BalasHapusWahhh... jiwa dangdut juga ini sampean rupanya, Mas. Kalau "gadis malaysia" saya langsung teringat Siti Nurhaliza. Kata orang Betawi, demen banget ame lagu-lagunye... hihihi... Oke, Mas, moga di tengah musibah pesawat terbang yang berjatuhan, perjalanan pulangnya lancar saja... amin.
BalasHapus