Taman alun-alun Tulungagung, Jawa Timur. Foto dari sini. |
Minggu pagi (15 Mar)
lalu, saya berencana cuci mata menyegarkan pikiran dengan jalan-jalan ke
alun-alun Tulungagung, Jawa Timur, yang berfungsi sekaligus sebagai taman kota.
Udara pagi itu masih sejuk ketika saya tiba di lokasi. Meskipun begitu,
suasananya sudah sangat ramai. Banyak muda mudi bercelana pendek melakukan
joging bersama keluarga atau teman-temannya. Para pedagang kaki lima juga sudah
hadir dan membuka lapaknya dengan tertib.
Di salah satu sudut
alun-alun, terdapat sebuah jongko yang menjajakan aneka menu sarapan dan minuman hangat.
Saya pun tertarik dan langsung masuk untuk memesan secangkir kopi. Sambil
memandangi orang-orang bertubuh seksi yang sedang lari pagi, saya menyeruput
kopi dan menyantap beberapa kudapan yang tersaji di atas meja.
Sekitar dua puluh
menit kemudian, saya merasa sudah cukup. Lalu saya mengulurkan selembar uang kepada
pemilik warung. Tapi entah mengapa, ketika hendak berdiri, tiba-tiba perut saya
terasa mual dan ingin muntah. Tubuh saya pun lemas dan pandangan mata menjadi agak
buram. Bahkan uang kembalian dari pemilik warung tidak terlihat dengan jelas
dan saya terima begitu saja tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Pikiran saya
waktu itu hanya satu: keluar dari warung secepat mungkin. Saya tidak mau jika membuat
pengunjung warung kesal karena saya—meski tanpa sengaja—melakukan hal yang
tidak senonoh di hadapan mereka. Kalaupun harus muntah, biarlah di luar saja. Sekalipun
di luar juga banyak orang.
Namun, baru
beberapa langkah meninggalkan tempat duduk, mendadak tenaga saya menurun
drastis. Saya berjalan terhuyung-huyung di atas trotoar dan nyaris roboh. Sementara
tangan saya masih menggenggam lembaran uang Rp95 ribu. Untunglah tidak sampai jatuh
pingsan. Dan payahnya lagi, saya sama sekali tidak bisa melihat sekitar karena
semuanya mendadak hitam seperti jelaga. Seorang ibu yang duduk di depan warung tampak
heran melihat keadaan saya. “Kenapa, Mas? Pusing? Ini saya punya balsam...”
suaranya putus ditelan kegelapan.
Secara refleks, saya
duduk mencangkung di pinggir jalan. Seperti orang frustrasi yang sedang patah
hati karena baru saja diputus pacar. Sementara sayup-sayup suara manusia yang
lalu-lalang seolah mengejek kesendirian saya.
Setelah beberapa
menit bertahan dengan keadaan seperti itu, perlahan tenaga saya mulai pulih.
Saya pun berusaha bangkit. Dengan sisa tenaga yang menempel di badan, saya
berjalan menuju Masjid Agung Al-Munawwar. Di serambi masjid itu, saya langsung
merebahkan badan, memejamkan mata, serta memasukkan kedua tangan ke saku celana
agar uang dan ponsel saya tetap aman. Saya pun tertidur pulas.
Masjid Agung Al-Munawwar Tulungagung. Foto dipinjam dari sini. |
Sejak usia mumayiz sampai Minggu pagi
itu, sekali pun saya tidak pernah mengalami gejala-gejala akan pingsan, apalagi
benar-benar pingsan. Biasanya orang pingsan sebab tidak tahan dengan terik
sinar matahari atau karena terpukul. Tapi sungguh ironis, saya hampir pingsan
justru ketika asyik duduk minum kopi di pagi hari sambil melihat pemandangan
taman yang indah.
Selama itu
pula—alhamdulillah—saya juga tidak pernah mengalami gangguan kesehatan yang
serius hingga tak sadarkan diri. Meskipun pola makan-tidur saya sering kali tidak
teratur. Saya kerap bergadang di depan layar komputer/televisi dan baru sarapan
ketika hari sudah siang.
Mungkin ini semacam
peringatan bagi saya untuk selalu menjaga kesehatan dan meperhatikannya
terus-menerus, supaya kejadian seperti di atas tidak terulang kembali suatu
saat nanti.
Atau jangan-jangan ...
apakah ini teguran dari Tuhan agar saya tidak mencuci mata dengan melihat
hal-hal yang dilarang agama? Astaghfirullâh.
semoga walaupun jalan2 tetep niatnya ibadah ya mas..silaturahmi dan mencari ilmu...
BalasHapusAmin. Terima kasih atas doanya, Mbak.
Hapusahh jadi kangen tulunggung nih. heemm,,
BalasHapussalam kenal..
Ayo, jalan-jalan lagi ke Taman Kota Tulungagung!
HapusMasjidnya indah banget. Atau jangan-jangan jajanannya yang mengandung sesuatu gak Mas Lutfi. Jadinya bikin pusing dan mual.
BalasHapusSepertinya enggak deh, soalnya yang lain juga enggak apa-apa.
Hapuswaaaaaa mas persis yang saya alami mas abis minum kopi kita langsung teler mas.. kalo kata pak tabib saya hipotensi mas persis pagi" juga kejadiannya tapi kalo saya waktu itu pas lagi naik motor ehh terus menepi dah... keinget dosa mas pas waktu gelap gtu hadeehhh emng kita disuruh inget allah ams tobat teruss.... maksiat juga tetep jalan hadeehh manusia"
BalasHapusBenar, Mas, dalam situasi apa pun seyogianya kita selalu ingat pada Allah.
Hapustulungagung, deket sama malang y? Kalau menurut saya sebaiknya jangan terlalu sering begadang, tidur tepat waktu, juga banyak minum air putih atau jus, kalau saya suka jus alpukat :)
BalasHapusLumayan dekat, mungkin sekitar dua jam. Terima kasih atas saran-sarannya.
HapusMayoritas alunpalun di Indonesia berdekatan dengan masjid agung yang tersohor di daerah tersebut. Ya, sambil menyelam minum air. Ketika lelah beraktivas di alun-alun bisa beristirahat dan beribadah di masjidnya.
BalasHapusApalagi jika ada tamannya seperti di atas.
HapusHahaha... itu pasti gara2 ngeliat orang2 bertubuh seksi. Hapalannya langsung hilang semua, alias pingsan. Minum kopi sebelum sarapan memang bisa meningkatkan asam lambung. Mending minum susu.
BalasHapusTapi pagi itu sebelum berangkat saya sudah sarapan, Mak.
HapusPake kacamata item aja biar ga terlihat secara langsung mas wkwk
BalasHapusWah, tambah enggak kelihatan dong.
Hapuskombinasi dari kondisi badan yang lagi kurang fit, perut belum ada isinya, dan kopi memang kadang nggak karuan begitu.
BalasHapustetep jaga kesehatan mas.
biar tetep bisa jalan-jalan, makan-makan. pokoke mak nyus. #eh
Ayo. kapan-kapan kita ngopi bareng di alun-alun Purwodadi. Bagaimana?
Hapus(((kapan-kapan))) ya...
Hapustp gak mesti ngopi to? ngeteh saja yang lebih bersahabat dengan lambungku :)
ujian mas. kembali ke negeri sendiri, diujilah 'ilmu' panjenengan. terima kasih sudah mengingatkan.
BalasHapusSama-sama. Semoga kita bisa saling mengingatkan, ya.
Hapusparagrap penutupnya menarik sekali dan di luar dugaan, pas buat bahan renungan kita semua...
BalasHapusSemoga kita bisa saling mengingatkan....
Hapustutup mata aja biar gak lihat yang haram :)
BalasHapusWah, nanti malah bisa ketabrak dong :)
Hapusjadi peringatan biar lebih jaga kesehatan lagii yah mas :))
BalasHapusIya, Mbak Ranii.
Hapusudahh 10 tahun gak ke taman tulung agung udha banyak perbedaanya kayaknya
BalasHapusSekarang sudah ada tamannya, lengkap dengan air mancur, sangkar-sangkar burung dan kolam ikan.
Hapusmungkin karena minum kopi di area situ mas. coba kalo ngopi di Waris (WKW) atau di Makten. mungkin gak sampai pingsan mas
BalasHapusBoleh jadi, he-he.
Hapus