Pages - Menu

Jumat, 07 Februari 2014

Angka Arab



Angka Arab kuno yang didesain oleh Al-Khawarizmi.
(Sumber gambar: alargam.com)
Suatu hari, seorang kawan peserta Diklat Hisab Falak di Universitas Al-Ahgaff Yaman bertanya melalui pesan pendek, "Bagaimana cara mengubah angka [jadwal waktu salat] dalam Microsoft Excel menjadi angka Arab?" Saya tertegun sejenak mendengar pertanyaan itu, sebelum akhirnya saya jawab dengan lugas, melalui pesan pendek juga.

Sekilas, tidak ada yang salah pada pertanyaan di atas. Saya juga memaklumi ketidaktahuan kawan saya itu tentang cara mengonversikan angka, karena program pengolah angka tersebut memang jarang sekali digunakan. Namun, disadari atau tidak, ternyata selama ini ada yang salah kaprah terkait pemahaman mengenai frasa "angka Arab". Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa yang mereka tulis atau lihat setiap hari adalah angka Arab. Ya, simbol-simbol dalam kurung berikut (1234567890) adalah angka Arab, bukan angka Latin, Eropa, apalagi Romawi. Lalu dari mana kita bisa tahu kalau itu adalah angka Arab?

Pertama-tama mari kita buka "kitab suci" para pakar linguistik tanah air: Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pada subentri angka Arab, terdapat penjelasan sebagai berikut: angka yang berasal dari ejaan Arab yang sekarang menjadi angka internasional (1, 2, 3, dst); angka biasa.

Kurang puas dengan keterangan dalam KBBI? Mari kita periksa aplikasi pengolah kata paling populer di dunia saat ini: Microsoft Office Word. Pada pengaturan nomor (klik File> Options> Advanced> Numerial), kita akan disuguhi empat pilihan: (1) Arabic; angka biasa, (2) Hindi; angka yang biasa dipakai dalam tulisan abjad Arab, (3) Context; sesuai konteks tulisan, dan (4) System; sesuai dengan sistem operasi komputer.

Masih penasaran juga? Mari kita berselancar di dunia maya dan bertanya kepada mesin pencari Google dengan kata kunci "Angka Arab". Urutan pertama ada Ensiklopedi Bebas Wikipedia. Di sana, sebenarnya sudah diulas lumayan panjang dan cukup untuk meyakinkan kita bahwa angka yang kita gunakan selama ini adalah angka Arab. Dan karena itulah, pada awalnya saya merasa tidak perlu untuk menulis artikel ini. Akan tetapi, karena ada hal unik—setidaknya menurut saya sendiri—yang tidak/belum diungkap oleh Wikipedia, baik yang versi Indonesia, Arab maupun Inggris, akhirnya saya tertarik untuk menuliskannya.

Hal unik yang saya maksud itu sebenarnya tidak perlu dijelaskan melalui tulisan, tetapi harus dilihat (perhatikan lagi gambar di atas dengan saksama). Untuk menentukan nilai (bilangan) suatu angka, Muhammad bin Musa al-Khawârizmi—perancang pertama kali angka Arab—berpedoman pada sudut-sudut. Angka satu mempunyai satu sudut, angka dua mempunyai dua sudut, dan begitu seterusnya hingga sembilan.

Sementara itu, bilangan nol dilambangkan dengan lingkaran yang berarti tak ada sudut alias kosong. Tetapi selain kosong, ia juga menunjukkan nilai sepuluh. Adapun angka-angka yang diletakkan di sampingnya adalah sebagai indikator kelipatan sepuluh (10 = 1 X 10, 20 = 2 X 10, 30 = 3 X 10 dan seterusnya). Saat ini, angka Arab adalah simbol representasi angka yang paling umum digunakan di dunia.

Kelemahan Angka Romawi
Sebelum bangsa Eropa (Barat) mengenal dan bersedia menggunakan angka Arab, mereka telah memakai angka Romawi sebagai lambang bilangan dalam ilmu hitung (matematika). Hal itu wajar, karena peradaban hegemonik terbesar waktu itu hanya dua: Romawi dan Yunani. Sementara peradaban yang lain—termasuk di antaranya: Peradaban Arab—menurut pandangan mereka adalah peradaban barbarisme.

Kelemahan angka Romawi baru tampak ketika sistem desimal angka Hindu-Arab ditemukan di India sekitar tahun 500 Masehi. Kelemahan paling mendasar—selain notasi posisi—adalah tidak adanya bilangan nol dalam angka Romawi. Itulah sebabnya, pada akhirnya mereka mau menerima angka Arab hingga sekarang.

Invasi Angka Arab ke Dataran Eropa
Sedikit cerita mengenai penyebaran angka Arab ke benua Eropa. Pada tahun 999 Masehi, Paus Silvester II datang ke Andalusia (Spanyol Islam) untuk keperluan mempelajari peradaban bangsa Arab, termasuk di dalamnya sembilan (lambang) angka Arab. Dialah yang berjasa menyebarkan angka Arab (termasuk bilangan nol dan sistem desimal) ke Italia hingga akhirnya meluas dengan cepat ke seluruh Eropa. Selain Gerbert d'Aurillac—nama asli Paus Silvester II—ada lagi nama Thomasin Von Zeelare dan Leonardo Von Pisa yang turut berperan. Di samping itu, kedatangan para ilmuwan dan pelajar yang berbondong-bondong dari Eropa ke Andalusia untuk melakukan riset dan kajian ilmiah secara mendalam juga mempunyai andil yang cukup besar dalam penyebaran angka Arab dan ilmu-ilmu pengetahuan lain ke Eropa.

Ironisnya, di era digital yang serba canggih ini, kita (bangsa Arab secara khusus dan umat Islam secara umum) sebagai penemu angka Arab yang mewakili lambang bilangan di seluruh dunia justru tidak mengetahuinya. Bahkan orang Arab sendiri, ternyata tidak banyak yang tahu akan hal ini.

Selasa pagi kemarin, 4 Februari 2014, saya minum teh hangat di jongko depan kampus Universitas Al-Ahgaff sembari berbincang ringan dengan Abdurrahman az-Zhahiri, teman sekamar saya asal kota Yarim, Provinsi Ib, Yaman Utara. "Kenapa orang Arab tidak menggunakan angka mereka sendiri?" tanya saya waktu itu.

"Maksud kamu? Memang, kami [orang Arab] tidak menciptakan angka sendiri. Adapun lambang bilangan yang selama ini kami pakai sebenarnya berasal dari India," jawabnya.

40 komentar:

  1. Bener juga ya... kalau romawi memang rumit penulisannya, mungkin yang dimaksud si teman fontnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan, Mbak Nunu. Yang ditanyakan memang cara mengubah "jenis" angka.

      Hapus
  2. Jadi berasal dari lambang angka India ya mas ?
    Salam kenal pada unjungan perdana.

    Salam

    BalasHapus
  3. seriusan baru tau juga deh, kiraa angka arab itu yang cuma yang selama ini di pelajarin aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Ranii Novariani. Angka-angka dalam kurung ini (٠١٢٣٤٥٦٧٨٩) bukan dari Arab, tetapi dari India.

      Hapus
  4. Wow, ini tulisan paling berguna selama saya blogwalking beberapa minggu ini.
    Terimakasih banyak bro.
    Tetap posting hal yang bermanfaat lainnya ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho, Bang Jazuli katanya benci sama matematika?! hehe.. Jauh-jauh blog walking dari Aceh ya. Terima kasih atas kunjungan sampean.

      Hapus
  5. Woooowwwww baru tahu nih.
    Emang angka NOL dari Al-Khawarizmi itu sumbangsih terbesar bagi segala bidang ilmu, terlebih yg berhubungan dengan perhitungan. Nggak kebayang aja kalau sampe sekarang masih pake angka romawi buat perhitungan, duh ribetnya. Makasih nih infonya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang sekarang ada nolnya saja masih ribet :) Sama-sama, Mbak Sofia Zhanzabila.

      Hapus
  6. oooh, gitu,...wah kenapa pelajaran bahasa arab mengajarkan angka yang dari india itu, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin (artinya saya tidak dapat memastikan), karena mayoritas negara Arab memakai angka India, sementara hanya sedikit negara Arab (bagian barat seperti Maroko) yang menggunakan angka Arab asli. Lagi pula, angka Arab kan sudah dipelajari dalam bahasa Indonesia.

      Hapus
  7. soalnya kalau pakai angka romawi ribet banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sendiri belum pernah belajar angka Romawi secara khusus, tapi sepertinya memang ribet sih. Hehe...

      Hapus
  8. Hem, saya pernah baca komik anak tentang penjelasan angka, Mas. Seingat saya, dulu pernah dilombakan antara beberapa jenis angka dan yang tercepat penulisannya adalah angka arab ini.

    Salam hangat dari Surabaya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya? Tapi tentunya angka arab yang sekarang, kan? Bukan yang dulu seperti gambar di atas? -_-

      Hapus
  9. saya pernah lihat di word tapi seklias lihat saja belum pernah mencobanya untuk dikonversikan hehe

    BalasHapus
  10. ternyata angka arab itu berasal dari angka India ya mas, berarti sama dgn huruf jawa donk berasal dari India :)

    huruf thailand juga berasal dari india, huruf sansekerta juga berasal dari huruf india :) india ternyata memiliki peradaban lebih awal ya mas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau itu saya malah baru tahu dari sampean, Mbak Indri. Akan tetapi, sewaktu dulu belajar aksara Jawa, saya sudah "curiga" kalau itu berasal dari bahasa India, soalnya bentuknya hampir mirip.

      Memang, peradaban India juga sangat tua, termasuk dalam baca-tulis (perguruan tinggi pertama di dunia adalah India). Sebagaimana keterangan dalam buku "Belajarlah (Tak Hanya) Sampai Negeri Cina" yang ditulis oleh Pak Dahlan Iskan.

      Hapus
  11. Wah, ane baru tau klo angka2 yg digunakan slm ini adalah angka arab, dan yg ane pikir angka arab justru angka dr india.. :)
    Nice post...

    BalasHapus
  12. Menarik mengkaji sejarah angka-angka. Terutama angka nol, selalu bikin terpesona. Jadi kebanyakan salah paham ya... Lalu kenapa kok bahasa Arab malah memakai angka yg berasal dari India ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelum angka Arab (12345) diciptakan, bangsa Arab sudah lama memakai angka India (١٢٣٤٥) dan ketika sistem desimal ditemukan, tampaknya tak ada masalah dalam segi notasi posisi (cara penempatan angka Arab dan India sama persis, berbeda dengan angka Romawi). Kemungkinan mereka sudah terlanjur nyaman pakai itu.

      Hapus
  13. ilmu baru , ,
    mantap gan , , ,
    ditunggu kunjungan baliknya . . .

    BalasHapus
  14. Jadi? Angka2 itu dari arab apa india sih? Endingnya bingung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari India, Bu. Dua paragraf penutup itu menceritakan ketidaktahuan teman saya (orang Arab) bahwa angka yang umum dipakai di dunia saat ini berasal dari Arab. Pada paragraf sebelumnya saya tulis, "Bahkan orang Arab sendiri, ternyata tidak banyak yang tahu akan hal ini".

      Hapus
  15. wah sampai sekarang saya masih belum begitu paham mas soal angka dan huruf arab ini. Izin belajar ya di blog nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intinya angka kita pakai sehari-hari adalah angka Arab, sedangkan yang dipakai di negara-negara Arab berasal dari India. Saya juga izin mau belajar sama Mbak Eka :)

      Hapus
  16. kalo pertanyaan kenapa orang arab jarang pake angka mereka sendiri , koq persis seperti di jawa ya? orang jawa juga jarang yang menggunakan huruf jawa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... benar juga Mas (atau Mbak?) Q-thrynx. Tetapi ada sedikit perbedaan. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah, sementara bahasa Arab adalah bahasa nasional bahkan internasional :)

      Hapus
  17. Balasan
    1. Sama, Mas Topik. Eh, tapi apa kita pernah (ikut) merasakan masa-masa itu? :)

      Hapus
  18. Info baru buat saya makasih artikelnya menarik

    BalasHapus
  19. info yang sangat menarik, tambah lagi pengetahuan saya

    #kunjungan balik dari samaddadrana.com/

    BalasHapus
  20. ada yang tau bahasa arabnya sembilan puluh lima koma tujuh?

    BalasHapus

Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!