Pages - Menu

Minggu, 14 April 2013

Al Buthi Meninggal Dunia


Malam itu, Kamis 21 Maret 2013, saya dan teman-teman sedang bercengkerama di kamar ketika tiba-tiba seseorang masuk memberi kabar bahwa Syekh Al Buthi telah meninggal dunia.
Berita tersebut sangat mengejutkan, karena sebelumnya tidak ada kabar apakah Al Buthi sedang sakit atau dirawat di Rumah Sakit. Semua penghuni kamar sempat tidak percaya karena hal itu sangat mendadak. Mereka kemudian sibuk mencari informasi lain dari internet.
Saya sendiri membuka Ensiklopedia Online Wikipedia edisi Bahasa Arab. Di bagian atas halaman tersebut terdapat klausul yang berbunyi, "artikel ini mengenai biografi tokoh muslim yang baru saja meninggal, sangat mungkin terjadi perubahan isi mengenai peristiwa kematiannya seiring masuknya data baru". Innâ lillâh wa innâ ilaihi râji'ûn.
Pagi harinya, ketika saya mengikuti ziarah di pemakaman umum Zanbal bersama para masyayikh dan haba'ib Tarim, Al-Habib Umar bin Hafidz dalam ceramahnya menceritakan: "Hari ini seluruh umat Islam di dunia sedang berduka karena kehilangan salah satu ulama' besar. Malam tadi, diantara Maghrib dan Isya', ketika Syekh Muhammad Sa'id Ramadlan Al-Buthi sedang mengajarkan tafsir Al-Qur'an di masjid Al-Iman Damaskus, seseorang tak dikenal masuk dengan membawa bom dan meledakkannya di hadapan para hadirin. Belasan orang meninggal di tempat seketika dan sebagian dilarikan di rumah sakit."
Beliau melanjutkan, "Imam Bukhari meriwayatkan, jika ada seorang muslim dengan sengaja membunuh kafir dzimmi maka dia tidak akan mencium bau surga. Lalu bagaimana jika yang dibunuh adalah orang Islam sekaligus ulama' yang menjadi panutan umat manusia?!". Penjelasan Habib Umar di atas adalah berita resmi tentang meninggalnya Syekh Buthi seperti yang dilansir dalam situs aljazeera.net.
Pemerintah Syria menuding, aksi itu dilakakukan oleh sekelompok pemberontak. Sementara kaum oposisi menampik tudingan tersebut. Dari sejak perjuangan melawan Al Assad digelorakan, Front Pembebasan Suriah sudah bersepakat tidak menyerang ulama, masjid, dan tempat ibadat. Bahkan para pejuang memiliki etika untuk tidak melakukan serangan kecuali setelah pukul 10.00 malam.
Sementara itu, Dewan Komando Revolusi di Damaskus pada tanggal 9 April 2013 menyiarkan video di Youtube yang menayangkan saat terjadinya ledakan. Dalam video itu terlihat Syekh Buthi memperbaiki sorban di kepalanya sesaat setelah bom meledak di dekat mimbar yang ia tempati. Lalu seseorang datang menghampiri dan menghalangi kamera. Ketika orang itu berpaling, dari kepala Syekh Buthi mengalir darah. Karena dasar inilah para aktifis berkesimpulan bahwa Syekh Buthi dibunuh dengan tembakan bukan ledakan bom.
Video berdurasi kurang dari satu menit itu masih menyisakan beberapa kejanggalan; Pertama, kualitas gambar yang buruk menunjukkan video itu rekaman dari layar / televisi. Kedua, pada saat bom meledak, terlihat sosok orang yang sedang merekam layar tersebut. Ketiga, suara Syekh Buthi dan suara bom terdengar sangat jelas. Namun kenapa setelah bom meledak tidak ada suara sama sekali? Mana suara orang-orang yang ada di sana?
Keesokan harinya ketika saya sedang minum teh di warung depan, saya melihat siaran televisi yang menayangkan Dr. Taufîq Ramadlan putra dari Syekh Buthi membantah adanya penembakan di masjid. Ia menyatakan bahwa ayahnya meninggal sebab bom bunuh diri. Hal itu berdasarkan pengakuan para korban yang selamat.
Pertanyaannya, mengapa Syekh Buthi dibunuh? Menarik kiranya untuk menyimak analisa Samir Husain, seorang pemerhati pergerakan Islam yang mengemukakan alasan-alasan dibunuhnya:
1.     Al Buthi adalah khâtimus sirri (penutup rahasia), pemegang kartu truf rezim Al Assad. Karena Al Buthi lama menjadi penasihat Hafizh Al Assad. Ketika Al Buthi membelot, maka Al Assad khawatir segala aib dirinya terbongkar. Termasuk membongkar pelbagai kebijakan Al Assad yang berdamai dengan Israel, suap, korupsi, dan pembantaian.
2.     Al Buthi paham betul tokoh-tokoh yang berbaju ulama, tapi memiliki rencana busuk untuk menghancurkan kaum Sunni di Syam.
3.     Al Buthi dijadikan alat oleh Al Assad untuk meraih simpati dari kalangan Sunni, untuk digunakan sebagai propaganda memecah belah kesatuan Front Pembebasan Suriah yang semakin hari semakin banyak menuai sukses.
4.     Al Buthi dijadikan “maf’ûl bih” dan “maf’ûl li ajlih” maksudnya: sinyal bahwa siapapun yang melawan Al Assad akan dibantai, termasuk orang terdekat sekalipun.
5.     Al Assad melempar 2 burung dengan 1 batu. Maksudnya, mengorbankan Al Buthi agar rakyat Suriah -terutama Sunni- antipati terhadap para pejuang Front Pembebasan Suriah.

Dua tahun yang lalu Syekh Buthi sempat berkunjung ke Universitas Al-Ahgaff Tarim didampingi oleh Prof. Abdullah bin Muhammad Baharun selaku Rektor Universitas. Saya beruntung bisa menghadiri acara itu dan meyakini akan ketulusan, keikhlasan dan muru'ah yang dimiliki oleh beliau. Dan saya meyakini, apa yang beliau lakukan dengan mendukung rezim penguasa adalah bagian dari ijtihad. Jika salah mendapatkan 1 pahala, dan jika benar mendapatkan dua pahala. Saya yakin beliau adalah sosok terbaik. Bila ada kekurangan, saya meyakini kekurangan atau khilaf adalah hal yang lumrah dari manusia. Namun kekurangan yang sedikit, tidak boleh membuat kita mencaci maki. Terlebih yang mencaci maki hanyalah seorang bau kencur yang tak memiliki karya, amal shalih, hingga pengalaman hidup setinggi beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!