Malam itu, Kamis 21 Maret 2013, saya dan
teman-teman sedang bercengkerama di kamar ketika tiba-tiba seseorang masuk
memberi kabar bahwa Syekh Al Buthi telah meninggal dunia.
Berita tersebut sangat mengejutkan,
karena sebelumnya tidak ada kabar apakah Al Buthi sedang sakit atau dirawat di
Rumah Sakit. Semua penghuni kamar sempat tidak percaya karena hal itu sangat
mendadak. Mereka kemudian sibuk mencari informasi lain dari internet.
Saya sendiri membuka Ensiklopedia Online
Wikipedia edisi Bahasa Arab. Di bagian atas halaman tersebut terdapat klausul
yang berbunyi, "artikel ini mengenai biografi tokoh muslim yang baru saja
meninggal, sangat mungkin terjadi perubahan isi mengenai peristiwa kematiannya seiring
masuknya data baru". Innâ lillâh wa innâ ilaihi râji'ûn.
Pagi harinya, ketika saya mengikuti
ziarah di pemakaman umum Zanbal bersama para masyayikh dan haba'ib Tarim,
Al-Habib Umar bin Hafidz dalam ceramahnya menceritakan: "Hari ini seluruh
umat Islam di dunia sedang berduka karena kehilangan salah satu ulama' besar.
Malam tadi, diantara Maghrib dan Isya', ketika Syekh Muhammad Sa'id Ramadlan
Al-Buthi sedang mengajarkan tafsir Al-Qur'an di masjid Al-Iman Damaskus, seseorang
tak dikenal masuk dengan membawa bom dan meledakkannya di hadapan para hadirin.
Belasan orang meninggal di tempat seketika dan sebagian dilarikan di rumah
sakit."
Beliau melanjutkan, "Imam Bukhari
meriwayatkan, jika ada seorang muslim dengan sengaja membunuh kafir dzimmi maka
dia tidak akan mencium bau surga. Lalu bagaimana jika yang dibunuh adalah orang
Islam sekaligus ulama' yang menjadi panutan umat manusia?!". Penjelasan
Habib Umar di atas adalah berita resmi tentang meninggalnya Syekh Buthi seperti
yang dilansir dalam situs aljazeera.net.
Pemerintah Syria menuding, aksi itu dilakakukan
oleh sekelompok pemberontak. Sementara kaum oposisi menampik tudingan tersebut.
Dari sejak perjuangan melawan Al Assad digelorakan, Front Pembebasan Suriah
sudah bersepakat tidak menyerang ulama, masjid, dan tempat ibadat. Bahkan para
pejuang memiliki etika untuk tidak melakukan serangan kecuali setelah pukul 10.00
malam.
Sementara itu, Dewan Komando Revolusi di
Damaskus pada tanggal 9 April 2013 menyiarkan video di Youtube yang menayangkan
saat terjadinya ledakan. Dalam video itu terlihat Syekh Buthi memperbaiki sorban
di kepalanya sesaat setelah bom meledak di dekat mimbar yang ia tempati. Lalu
seseorang datang menghampiri dan menghalangi kamera. Ketika orang itu
berpaling, dari kepala Syekh Buthi mengalir darah. Karena dasar inilah para
aktifis berkesimpulan bahwa Syekh Buthi dibunuh dengan tembakan bukan ledakan
bom.
Video berdurasi kurang dari satu menit
itu masih menyisakan beberapa kejanggalan; Pertama, kualitas gambar yang
buruk menunjukkan video itu rekaman dari layar / televisi. Kedua, pada
saat bom meledak, terlihat sosok orang yang sedang merekam layar tersebut. Ketiga,
suara Syekh Buthi dan suara bom terdengar sangat jelas. Namun kenapa setelah
bom meledak tidak ada suara sama sekali? Mana suara orang-orang yang ada di
sana?
Keesokan harinya ketika saya sedang
minum teh di warung depan, saya melihat siaran televisi yang menayangkan Dr.
Taufîq Ramadlan putra dari Syekh Buthi membantah adanya penembakan di masjid. Ia
menyatakan bahwa ayahnya meninggal sebab bom bunuh diri. Hal itu berdasarkan
pengakuan para korban yang selamat.
Pertanyaannya, mengapa Syekh Buthi
dibunuh? Menarik kiranya untuk menyimak analisa Samir Husain, seorang pemerhati
pergerakan Islam yang mengemukakan alasan-alasan dibunuhnya:
1.
Al Buthi adalah khâtimus sirri
(penutup rahasia), pemegang kartu truf rezim Al Assad. Karena Al Buthi lama
menjadi penasihat Hafizh Al Assad. Ketika Al Buthi membelot, maka Al Assad
khawatir segala aib dirinya terbongkar. Termasuk membongkar pelbagai kebijakan
Al Assad yang berdamai dengan Israel, suap, korupsi, dan pembantaian.
2.
Al Buthi paham betul tokoh-tokoh
yang berbaju ulama, tapi memiliki rencana busuk untuk menghancurkan kaum Sunni
di Syam.
3.
Al Buthi dijadikan alat oleh Al
Assad untuk meraih simpati dari kalangan Sunni, untuk digunakan sebagai
propaganda memecah belah kesatuan Front Pembebasan Suriah yang semakin hari
semakin banyak menuai sukses.
4.
Al Buthi dijadikan “maf’ûl bih”
dan “maf’ûl li ajlih” maksudnya: sinyal bahwa siapapun yang melawan Al
Assad akan dibantai, termasuk orang terdekat sekalipun.
5.
Al Assad melempar 2 burung dengan
1 batu. Maksudnya, mengorbankan Al Buthi agar rakyat Suriah -terutama Sunni-
antipati terhadap para pejuang Front Pembebasan Suriah.
Dua tahun yang lalu Syekh Buthi sempat
berkunjung ke Universitas Al-Ahgaff Tarim didampingi oleh Prof. Abdullah bin
Muhammad Baharun selaku Rektor Universitas. Saya beruntung bisa menghadiri
acara itu dan meyakini akan ketulusan, keikhlasan dan muru'ah yang dimiliki
oleh beliau. Dan saya meyakini, apa yang beliau lakukan dengan mendukung rezim
penguasa adalah bagian dari ijtihad. Jika salah mendapatkan 1 pahala, dan jika
benar mendapatkan dua pahala. Saya yakin beliau adalah sosok terbaik. Bila ada
kekurangan, saya meyakini kekurangan atau khilaf adalah hal yang lumrah dari
manusia. Namun kekurangan yang sedikit, tidak boleh membuat kita mencaci maki.
Terlebih yang mencaci maki hanyalah seorang bau kencur yang tak memiliki karya,
amal shalih, hingga pengalaman hidup setinggi beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!