Ilustrasi gambar: seputaraceh.com |
Jam pertama kuliah adalah mata
pelajaran Sharaf yang diemban oleh beliau. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa ngantuk,
padahal malamnya aku tidak begadang. Kucoba untuk menyembunyikan rasa kantuk
itu. Tapi akhirnya ketahuan juga oleh beliau dan aku langsung dipanggil untuk
maju ke depan.
Sesampainya di depan, aku disuruh
menulis di papan tulis untuk memberi wazan pada huruf jar (ilâ).
Tanpa pikir panjang aku tuliskan kata fi'al (fa' kasroh, ain fathah, lam
sukun). Beliau tersenyum lalu berkata, "bukankah ilâ itu
merupakan kalimah huruf?" pertanyaan itu langsung disambut tawa oleh
teman-teman dan aku baru menyadari bahwa kalimah huruf itu tidak mempunyai
wazan (timbangan kata). Sementara yang mempunyai wazan adalah isim
mutamakkin dan fi'il mutasharrif.
Ustadz Abdullâh Awadl bin Smith merupakan
figur yang sangat karismatik. Sosoknya mengingatkan saya pada Bpk Muhammad
Kho'if, pengurus keamanan Pondok Pesantren Al-Ma'ruf Bandungsari di era 90-an
yang dikenal tegas dan berwibawa. Keduanya juga mempunyai keahlian di bidang
yang sama, yaitu ilmu Nahwu.
Semoga ketulusan mereka dalam mendidik
para santri dan mahasiswa dibalas oleh Allah s.w.t. dan kita semua dapat
mewarisi dan mengamalkan ilmu-ilmunya. Setelah peristiwa itu, aku tidak berani
lagi tidur di pagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!