Sumber foto: nationalgeographic.com |
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah
sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika
Ialah yang kamu hendak sembah.
[QS. Fushshilat : 37]
[QS. Fushshilat : 37]
Gerhana matahari merupakan fenomena alam yang terjadi karena cahaya matahari yang mengarah ke bumi terhalang oleh bulan. Hal itu terjadi saat matahari, bulan dan bumi berada dalam posisi sejajar. Dalam term ilmu Hisab Falak, peristiwa seperti ini lazim disebut konjungsi atau ijtimak. Meskipun ijtimak terjadi setiap akhir bulan Hijriyah (tanggal 28 atau 29), gerhana matahari hanya terjadi minimal enam bulan sekali di tempat yang sama.
Orang-orang tempo dulu sering menyangkutpautkan peristiwa alam ini dengan kelahiran atau kematian seseorang. Misalnya saja ketika Sayyid Husain bin Ali radliyallahu anhu dibunuh pada tanggal 10 Muharram, mendadak cahaya matahari meredup, sehingga bumi menjadi gelap gulita. Lalu sebagian dari mereka menduga ada gerhana matahari, padahal sebenarnya itu bukan gerhana menurut istilah ahli astronomi (sinar matahari terhalang oleh bulan), melainkan ada semacam kabut hitam yang muncul menyelimuti matahari. Hal ini sesuai dengan teori ilmu Hisab Falak yang menyatakan bahwa gerhana matahari tidak mungkin terjadi pada tanggal 10 (sepuluh), melainkan pada akhir bulan qamariyah. [Lihat kitab: Syarh Al-Yâqût al-Nafîs bab Salat Kusuf].
Untuk gerhana matahari di akhir bulan Zulhijah 1434 nanti, tepatnya pada hari Minggu, 3 Nopember 2013, tidak semua penduduk bumi dapat melihatnya. Pasalnya, hanya negara-negara Arab, Afrika dan sebagian negara di Amerika Utara dan Selatan yang berkesempatan menyaksikannya. Negara Yaman termasuk beruntung karena secara geografis letaknya berada di daerah tropis.
"Di antara negara-negara Arab, Yaman menempati urutan kedua setelah Somalia sebagai wilayah paling strategis untuk mengamati gerhana kali ini". Kata Muhammad Abdul Karim, pakar ilmu Hisab asal Libya mengomentari kiriman saya di milis grup ICOP beberapa waktu lalu.
Bagi seorang pelajar di bidang kajian ilmu Islam (baca: santri), mestinya momentum spesial seperti ini digunakan sebaik-baiknya untuk mempraktikkan apa yang telah kita pelajari selama ini; mulai dari salat kusuf serta khotbahnya, bersedekah, memperbanyak istighfar, mawas diri dan lain sebagainya. Bukannya malah dijadikan sebagai ajang ekshibisi, objek observasi, dan 'adu kebenaran' hasil hisab sebagaimana yang sering dilakukan oleh mahasiswa kampus atau para civitas akademika.
Sebagai tambahan informasi, berikut data
dan fakta mengenai gerhana matahari besok lusa yang saya ambil dari program
Irsyadul Murid yang diterbitkan oleh Lajnah Falakiyah Al-Mubarok (LAFAL) PP
Al-Mubarok Lanbulan, Baturasang, Tambelangan, Sampang, Madura.
Hari dan Tanggal : Ahad Legi, 3 Nopember 2013
Lokasi :
Tarim, Hadhramaut, Yaman
Garis Lintang : 16° 03' Utara
Garis Bujur : 48° 59' Barat
Azimut matahari : 250° 32' 56"
Awal gerhana : 16.22.24 KSA
Tengah gerhana : 17.24.12 KSA (matahari sudah terbenam)
Akhir gerhana : 18.19.12 KSA (matahari sudah terbenam)
Rentang waktu : 2 jam 6 menit 48
detik.
Dan, berdasarkan jadwal waktu salat yang dihisab oleh kawan-kawan peserta Diklat Hisab Falak di Universitas Al-Ahgaff, pada hari itu matahari terbenam pada pukul 17.16.40 KSA. Artinya, durasi gerhana untuk kota Tarim sebenarnya hanya 1 jam 2 menit 32 detik. Dengan demikian, walaupun fase gerhana masih berlangsung (untuk benua Afrika), wilayah Tarim (Yaman) sudah masuk waktu magrib. Sehingga waktu untuk mengerjakan amalan-amalan yang berkaitan dengan kusuf pun sudah berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!