Pages - Menu

Senin, 17 Februari 2014

Istilah Sebelum Masehi

Piramida di Mesir. Sumber: Wikipedia.

Mari kita artikan istilah di sini sebagai kata atau frasa yang digunakan oleh komunitas tertentu sebagai sarana komunikasi yang efisien di antara mereka. Komunitas sendiri saya artikan sebagai sekelompok orang yang mempunyai aktifitas atau minat di bidang yang sama, baik dalam hal keilmuan, kemasyarakatan, profesi, karier, dan lain sebagainya.


Guru saya pernah berkata, "Istilah jangan diartikan secara tekstual, tetapi harus dipahami sebagaimana ia dibentuk." Beliau mencontohkan, dalam ilmu gramatika Arab ada istilah fa'il—secara tekstual berarti pelaku—yang didefinisikan sebagai isim marfu' yang jatuh setelah fiil mabni ma'lum (verba/kata kerja). Seumpama ada kalimat dalam bahasa Arab berbunyi Mâ Dlaraba Zaidun (Zaid tidak memukul), maka mereka yang belajar ilmu nahu secara intensif akan dengan mudah mengetahui di mana fa'il. Sementara itu, siapa pun yang mengartikan fai'l sebagai "pelaku" tentu akan menyimpulkan bahwa kalimat tersebut tidak mempunyai fa'il.

Berhubungan dengan istilah, saya mempunyai pengalaman buruk yang sebenarnya tidak ingin saya ceritakan. Akan tetapi, karena hal ini berkaitan erat dengan kejujuran intelektual, maka sebagai seorang akademisi pelajar, saya bersedia untuk berbagi kisah.

Dua tahun yang lalu, ketika saya mengadakan diklat hisab falak di Universitas Al-Ahgaff, Yaman, saya membagikan makalah yang ditulis oleh Mohammad Shawkat Odeh, seorang astronom asal Jordania sekaligus pendiri organisasi nirlaba ICOP (Islamic Crescent's Observation Project). Makalah itu membahas tentang cara mengonversi (hitungan) tanggal Masehi ke Hijriyah atau sebaliknya dengan berpedoman pada Julian Day.

Pada halaman pertama, Odeh langsung memberi pengertian Julian Day (disingkat menjadi JD) sebagai banyaknya hari yang telah dilalui sejak hari Senin tanggal 1 Januari tahun 4712 SM (sebelum Masehi) pada pertengahan hari atau pukul 12:00 GMT (Greenwich Mean Time).

Sebagai contoh, lanjut Odeh, tanggal 1 Januari 2002 itu sama dengan 2452276 JD. Yakni, jumlah hari yang terhitung sejak 1 Januari 4712 SM hingga 1 Januari 2002 adalah dua juta empat ratus lima puluh dua ribu dua ratus tujuh puluh enam.

Tak puas dengan "hasil instan" seperti itu, saya pun melakukan perhitungan sendiri secara manual dan hasilnya ternyata berbeda. Saya coba hitung ulang lagi dengan bantuan kalkulator dan perangkat lunak Microsoft Excel, ternyata hasilnya tidak berubah. Hasil yang disampaikan Odeh lebih banyak dari hasil perhitungan saya—selisih satu tahun. Oleh karena itu, di kolom catatan kaki (footnote) saya tulis: "Mungkin yang dikehendaki adalah tanggal 1 Januari 2003, bukan 1 Januari 2002." Berikut detail perhitungannya.

Jumlah hari selama 4712 tahun adalah 1721058. Satu tahun kabisat berumur 366 hari. Sedangkan tahun basitoh berumur 365 (waktu itu ketentuan tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi 4). Adapun jumlah hari dari tanggal 1 Januari 1 Masehi sampai 1  Januari 2003 adalah 731218 (ketentuan kabisat saat ini adalah tahun abad yang habis dibagi 400 atau tahun selain abad yang habis dibagi 4). Jumlah tersebut sudah memperhitungkan pengurangan 13 hari (10 hari = anggaran Paus Gregorius XIII, 3 hari = tahun abad dari 1600 s.d. 2002 yang bukan kelipatan 400). Apabila kedua jumlah hari tersebut (1721058 dan 731218) ditambahkan, hasilnya adalah 2452276 JD, persis seperti yang tertulis dalam makalah.


Syahdan. Beberapa minggu kemudian, saya dikejutkan oleh buku berjudul "Mekanika Benda Langit" yang ditulis oleh Dr. Rinto Anugraha, Dosen Fisika Fakultas MIPA di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam buku itu, beliau mengingatkan bahwa tahun 4712 SM (dalam istilah astronomi) itu sama dengan 4713 SM (menurut perhitungan ahli sejarah). Perbedaan penyebutan itu disebabkan, dalam kajian astronomi ada istilah tahun nol, yakni satu tahun sebelum masehi. Sementara menurut sejarawan, satu tahun sebelum Masehi langsung disebut 1 SM, bukan tahun nol atau 0 SM.

Seketika itu saya langsung tersadar bahwa saya telah melakukan dua kesalahan yang sangat mahal: (1) secara serampangan menyalahkan ahli hisab internasional sekelas Mohammad Shawkat Odeh dan (2) menyampaikan informasi yang salah kepada sekitar 25 perserta diklat. Sialnya lagi, saya tidak dapat meralat kembali apa yang saya tulis itu, karena kebanyakan dari mereka telah pulang ke tanah air. "Kesalahan" Odeh hanya karena ia tidak memberi penjelasan lebih lanjut tentang istilah SM yang ia pakai dan menganggap semua pembaca paham dengan apa yang ia sampaikan.

Baiklah. Yang lalu biar berlalu. Saya hanya berharap, semoga saja mereka (para peserta diklat itu) membaca tulisan ini atau setidaknya dapat mengetahui kekeliruan yang saya lakukan sehingga tidak menyebarluaskan maklumat yang salah kepada khalayak.

Ini adalah sedikit cerita tentang kecerobohan saya dalam menafsirkan istilah "sebelum Masehi"—bahkan sebenarnya saya tidak tahu kalau itu adalah sebuah istilah. Apakah sampean juga baru tahu tentang hal ini? Atau malah pernah terkecoh seperti saya?

23 komentar:

  1. wAH INi informasi yang luar biasa. Saya baru tau informasi seperti ini. Ada sejarah dibalik penamaan Masehi. Mohon izin untuk disedot dulu.

    BalasHapus
  2. owalah ini ya sejarahnya masehi.. setahu saya dinamakan masehi dialai dengn ditemukannya kalender atau penanggalan :))

    nice info pak

    BalasHapus
  3. Infromasi yang menarik, Pak. Tapi saya agak pusing banyak angka-angkanya. Maklum, belum belajar ilmu falak :D. Tapi intinya, saya baru tahu perbedaan SM dari perspektif ahli astronomi dg sejarah. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Perbedaan dua perspektif itulah inti dari tulisan di atas, bukan proses perhitungannya.

      Hapus
  4. saya baru tahu kalau tahun masehi diperdebatkan dan ada yg mengatakan ada tahun nol :D sangat menambah pengetahuan infonya :) makasih sharingnya mas Lutfi :)

    BalasHapus
  5. Ya, semoga peserta diklatnya membaca tulisan ini mas.
    Karena kalau tidak akan ada informasi yang salah. :)

    Salam..

    BalasHapus
  6. Baru tahu, mas, kalau ada perbedaan perhitungan tersebut. Terima kasih infonya. Ijin share :)

    BalasHapus
  7. kalau dalam dunia barat disebut BC ya... before christus

    BalasHapus
  8. wah menarik sekali ya mas istilah sebelum tahun masehi, beda dengan jaman sekarang yang serba modern istilah nya kayak cabe-cabean hehe :D

    BalasHapus
  9. Yg umum di ajarkan di sekolah kalau tahun MAsehi ya berdasarkan peredaran BUmi mengelilingi Matahari, sptnya belum ada muatan materi ttg asla-muasal masehi spt ini ya mas

    BalasHapus
  10. saya jugabaru tahu soal ini.. terimakasih infonya..

    BalasHapus
  11. Saya memang baru tahu tentang hal ini
    Mungkin terjemahan dari BC (Before Christ) atau apa
    Terima kasih penjelasannya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  12. adalah hal yang bijak mampu mengalahkan ego tuk meluruskan penjelasan yang sempat keliru.

    mantap kang mas

    BalasHapus
  13. Saya familarnya dg istilah ini
    Lagi lucu2 nya di bangku sekolah :)

    BalasHapus
  14. jangan sampai kesalahan terulang yang kedua kalinya.. oiya saya juga suka istilah sejarah pertanggalan seperti ini

    salam manis

    BalasHapus
  15. Gak mudeng sama sekali dengan perhitungan M dan SM... mencari cari belum ketemu juga. Tapi baca postingan ini juga belum mudeng :)

    BalasHapus
  16. Artikelnya sangat menarik sekali


    terima kasih

    BalasHapus

Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!