Kebanyakan orang mempunyai asumsi dasar
bahwa matahari terbit dari arah Timur dan terbenam di arah Barat. Anggapan
seperti itu tidak sepenuhnya benar, untuk tidak dikatakan salah kaprah. Bahkan,
di daerah khatulistiwa yang mempunyai siang dan malam sama panjang, persepsi
tersebut juga tidak bisa dibenarkan. Yang saya maksud arah di sini adalah titik
koordinat Barat atau Timur, bukan arah mata angin.
Saat musim dingin di negara-negara Arab,
Yaman misalnya, matahari akan tampak terbit dari arah Selatan. Begitu juga sebaliknya.
Ketika musim dingin melanda kawasan Afrika Selatan atau Amerika Selatan seperti
Argentina
dan Uruguway maka matahari akan terbit di sebelah Utara.
Lebih jauh lagi, pernahkah Anda membayangkan
berdiri tepat di "ujung dunia"? Yakni titik kutub Utara / Selatan (lintang
90 derajat). Ya, di kawasan yang panjang siang dan malamnya masing-masing 6
bulan itu, kemana pun Anda menghadap itulah arah Selatan. Di sana tidak ada arah Timur, Barat dan Utara.
Anomali itu terjadi akibat sumbu rotasi
bumi tidak selalu lurus dengan garis edarnya, tapi ada kemiringan sebesar 66.5
derajat dari bidang ekliptika, sehingga posisi matahari (jika dilihat oleh penduduk bumi) tidak
selalu tepat di garis khatulistiwa, kadang di sebelah Utara kadang di sebelah
Selatan.
Ada kisah menarik berkenaan
dengan permasalahan ini. Beberapa hari yang lalu, saat menikmati halib (teh hangat dicampur susu) di samping dapur kuliah, saya berdiskusi dengan seorang teman dari
Bogor, Jawa Barat. "Sakan Dakhili yang kita tempati itu menghadap ke
mana?" tanya saya memulai pembicaraan. Ia menjawab dengan tanpa ragu-ragu,
"Jelas menghadap ke Selatan. Sebab, kita shalatnya menghadap ke Utara".
Lalu saya bertanya lagi, "Waktu musim dingin kemarin, apa kamu tidak melihat
matahari terbit tepat berhadapan dengan pintu?! Berarti asrama kita menghadap
ke Timur dan kita shalat menghadap ke Barat". Teman saya tadi untuk sesaat
terdiam. "Oh ya, benar juga. Tapi masa begitu? Soalnya di peta dunia
sangat jelas bahwa Yaman berada di sebelah Selatan Arab Saudi. Terus gimana
dong?" katanya membalikkan pertanyaan.
Lalu saya jelaskan bahwa setiap hari
Matahari selalu bergeser dari arah Selatan ke Utara atau sebaliknya. Pergeseran
tersebut sangat halus sekali sehingga tidak bisa dirasakan oleh mata kita. Itulah
yang disebut dengan gerak tahunan atau gerak semu Matahari yang menyebabkan
terjadinya dinamika musim di muka bumi ini. Ketika Matahari berada di sebelah
Selatan, maka belahan bumi bagian Selatan akan menjalani musim panas, sementara
pada saat yang bersamaan di belahan bagian Utara mengalami musim dingin, begitu
juga sebaliknya. Dengan demikian, titik tempat munculnya matahari tidak bisa
dijadikan patokan bahwa itu adalah arah Timur sejati. Dan berdasarkan
perhitungan matematik, diperoleh hasil bahwa azimut kiblat untuk kota Tarim
adalah 303 derajat. Maka dari itu, Sakan Dakhili yang dihuni para mahasiswa
Al-Ahgaff itu menghadap ke Tenggara dan arah kiblat Yaman adalah Barat Laut.
Teman saya tadi masih bertanya lagi,
"Tenggara dan Barat Laut itu mana bro?" "Hello… bukannya
nama-nama delapan arah dulu pernah diajarkan di kelas dua SD?!" gumam saya
dalam hati. Tenggara adalah mata angin yang arahnya antara Timur dan Selatan. Sedangkan
Barat Laut adalah mata angin yang arahnya antara Barat dan Utara.
Mengetahui arah dengan tepat merupakan hal yang sangat penting sekali. Terlebih untuk menunjang kegiatan observasi hilal atau
penentuan arah kiblat, walaupun untuk yang disebut terakhir ada sebuah metode
yang tidak harus tahu arah terlebih dahulu (baca juga: Inovasi Tiada Batas).
Ada banyak sekali metode yang ditawarkan
oleh para ahli ilmu Hisab / Ukur, diantara metode-metode itu ada yang mempunyai
tingkat presisi tinggi dan ada yang rendah. Di samping itu juga ada yang
bersifat temporal, dan ada yang bisa dilakukan kapan saja. Berikut saya
sebutkan sebagian dari cara-cara itu:
- Pertama, Berpedoman pada jarum kompas. Mungkin inilah cara yang paling mudah dan tidak berbelit-belit. Namun cara ini masih menyisakan banyak kelemahan, diantaranya; Pertama, harus mengetahui betul nilai variasi magnet daerah bersangkutan. Kedua, skalanya yang terlalu kasar menyulitkan para pengguna karena bentuknya sangat kecil. Ketiga, sangat rentan terpengaruh oleh benda-benda berbahan logam di sekitarnya. Untuk yang bersifat sementara, seperti ketika sedang singgah saat bepergian, alat ini bisa ditoleransi. Namun untuk yang bersifat permanen, seperti pembangunan Masjid dan Musalla, sebaiknya memakai cara lain.
- Buatlah lingkaran di tanah yang datar lalu tancapkan benda yang tegak lurus di tengah-tengah lingkaran tersebut. Kemudian berilah tanda pada bayang-bayang benda tersebut ketika memasuki garis lingkaran dan ketika keluar dari garis lingkaran. Lalu buatlah garis lurus yang menghubungkan dua tanda tersebut maka terdapatlah garis Timur-Barat. Titik tempat masuk bayang-bayang adalah Barat, dan tempat keluar adalah Timur. Cara ini, meskipun sangat mudah karena tanpa perhitungan matematik, dinilai masih kurang efisien. Karena kita dituntut untuk sabar menanti sambil mengawasi perubahan pada bayangan tersebut.
- Saat matahari transit di garis meridian (jam 12 istiwa'), garislah bayangan suatu benda yang tegak lurus dan itulah garis Utara-Selatan. Dalam kajian ilmu Fikih, fenomena tersebut dikenal dengan istilah waqtul istiwa' dimana seseorang dilarang untuk mengerjakan shalat sunah mutlak atau mempunyai sebab di belakang (muta'akhir).
- Mengetahui waktu terbitnya matahari saat melintasi ekuator. Yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Pada dua hari itulah matahari benar-benar terbit dari arah Timur sejati.
- Melalui simtul irtifa' (posisi matahari) pada siang hari. Untuk lebih lengkapnya mengenai cara yang ini silahkan download file Excel milik saya di sini lalu baca petunjuk penggunaan di dalamnya.
Sebenarnya
masih banyak teknik-teknik untuk mengetahui arah yang dapat Anda baca di
buku-buku bersangkutan. Sekian, semoga bermanfaat bagi semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dan tunggu kunjungan balik dari saya. Tabik!